Ada sebuah kisah menarik di laman Facebook Fahd Padepie. Kisah ini menceritakan tentang seorang lelaki penuh keluh kesah yang mendatangi Nasruddin Hoja. Sebentar, sebelum saya menuliskan ulang kisah tersebut, apakah ada yang sudah tahu sosok Nasruddin Hoja?
Dari buku Garis Batas Agustinus Wibowo, saya menemukan jawabannya. Nasruddin Hoja adalah seorang mullah cerdik dalam legenda hikayat Islami. Dalam setiap kisahnya, Mullah Nasruddin selalu mengajarkan kebijaksanaan dengan humor dan terkadang terkesan lugu bahkan terlihat bodoh. Meski begitu, Nasruddin selalu mempunyai jawaban dan mengajak kita untuk menertawakan dunia.
Agustinus menemukan patung Nasruddin Hoja dalam pengembaraannya di Bukhara, Uzbekistan. Patung Nasruddin Hoja terlihat sedang duduk gembira di atas keledai dengan wajah tersenyum manis, tangan kanan tertangkup di dada dan tangan kiri melambai. Lantas, apakah Nasruddin Hoja berasal dari Bukhara?
Tidak ada yang tahu pasti. Sebab lusinan negara mengaku sebagai tanah air sang mullah. Di Turki, terdapat kuburan Nasrettin Hoca (Nasruddin Hoja) dan setiap tahun digelar festival internasional untuk memperingatinya. Uzbekistan mempunyai patungnya di Bukhara. Orang Iran dan Afghanistan yakin bahwa Mullah Nasruddin berasal dari Khorasan. Uyghur dan China menyebutnya Afandi. Nasruddin dikenal sebagai Juha di Arab dan Pulu Pugi di Armenia. Ia juga hidup dalam hikayat Yunani, Bulgaria, Serbia hingga India.
“Nasruddin telah menemani perjalanan hidup manusia dan dan menjadi benang merah yang mempersatukan beragam bangsa yang terpisah-pisah oleh garis batas.” ungkap Agustinus.
Kisah dan kata-kata bijak Nasruddin Hoja banyak diceritakan oleh banyak orang. Salah satunya adalah kisah yang tertulis dalam laman Facebook Fahd Pahdepie.
MENGAPA RUMAHKU BEGITU SEMPIT?
Suatu hari Nasruddin Hoja didatangi seorang lelaki yang mengeluhkan masalah keluarganya.
“Nasruddin, bantulah aku keluar dari masalah dalam keluargaku,” keluh lelaki itu.
“Apa masalahmu?” tanya Nasruddin.
“Hidupku rasanya begitu sumpek karena aku tinggal di sebuah rumah yang sangat sempit! Apalagi di sana aku tinggal bersama istri dan anakku, ibu mertuaku serta seorang saudaraku. Rasanya aku tak punya ruang gerak di rumahku sendiri. Semua itu membuatku tak bahagia!”
Nasruddin tampak berpikir sejenak dan menjawab,
“Peliharalah sepasang kambing itu di dalam rumahmu,” saran Nasruddin sambil menunjuk dua ekor kambing di pekarangan rumahnya.
Si lelaki tampak begitu heran dengan jawaban Nasruddin, tetapi bagaimanapun Nasruddin adalah tokoh terpandang yang nasehat-nasehatnya selalu ampuh untuk menyelesaikan problem kehidupan banyak orang. Maka dengan terpaksa, lelaki itu menjalankan nasehat Nasruddin.
“Seminggu kemudian, jika masalahmu belum selesai, datanglah kembali padaku.” ujar Nasruddin.
***
Seminggu berlalu, lelaki itu kembali mendatangi Nasruddin dengan wajah yang sangat kusut.
“Bagaimana kabarmu sekarang?” tanya Nasruddin.
“Segalanya lebih buruk! Kambing-kambing itu membuat rumahku makin sesak! Keduanya terus mengembik dan berputar-putar di dalam rumahku!”
Nasruddin tersenyum ke arah lelaki itu.
“Ambillah keledaiku dan peliharalah bersama kambing-kambing itu di dalam rumahmu. Seminggu lagi datanglah lagi kepadaku.”
Keledai Nasruddin mungkin adalah keledai yang istimewa, pikir lelaki itu. Maka ia pun menuntun keledai itu untuk dipelihara di dalam rumahnya.
***
Seminggu kemudian si lelaki mendatangi Nasruddin dengan wajah yang lebih suram dan rambut yang lebih kusut.
“Nasruddin, keledaimu buang kotoran di setiap sudut rumahku! Rumahku makin sesak dan hidupku berantakan!” umpatnya.
Nasruddin terkekeh mendengar cerita lelaki itu. “Apakah kamu masih memelihara kambing-kambing itu?”
Lelaki itu mengangguk penuh keheranan.
“Pulanglah dan kembalikan kambing-kambing itu kepadaku.” ujar Nasruddin.
Lelaki itu pun pulang lalu kembali dengan menuntun dua ekor kambing ke rumah Nasruddin.
“Seminggu lagi datanglah kepadaku dan ceritakan perkembangan masalahmu.” kata Nasruddin.
***
Tujuh hari berlalu dan lelaki itu mendatangi Nasruddin dengan wajah yang lebih cerah.
“Ini luar biasa! Rumahku kini lebih lapang, keledaimu juga lebih terkendali di dalam rumah. Aku mulai bisa mengaturnya. Tapi istri, anak-anak, ibu mertua dan saudaraku masih mengeluhkan keberadaan keledaimu di rumah. Setiap hari mereka mengumpat dan membuat aku stres!”
“Syukurlah. Tapi jika keledaiku membawa masalah, kembalikan padaku.”
Lelaki itu mengembalikan keledai kepada Nasruddin.
***
Seminggu kemudian lelaki itu datang ke rumah Nasruddin dengan membawa sekeranjang buah-buahan. Wajah lelaki itu begitu ceria dan rambutnya disisir rapi serta bajunya wangi.
“Kau tampak lebih bahagia atau penglihatanku saja?” tanya Nasruddin.
Laki-laki itu tertawa. “Ini hebat! Setelah kambing dan keledai tidak tinggal di rumahku, keluargaku jadi lebih berbahagia. Rumah kami terasa lebih lapang, anak-anak bisa bermain dan berlarian. Aku dan istriku memerhatikan mereka dari sudut. Ibu mertuaku membantu istriku memasak setiap hari, saudaraku membantuku membersihkan rumah serta taman. Rumahku begitu ramai dan penuh keceriaan.” cerita lelaki itu.
Nasruddin tersenyum. “Syukurlah jika Allah melapangkan rumahmu.”
“Terimakasih banyak Nasruddin. Ini aku membawakan sekeranjang buah-buahan untukmu sebagai tanda syukur.” Kemudian lelaki itu pamit dan melangkahkan kakinya riang menuju rumah cerianya.
Dari kisah ini kita bisa melihat bahwa Nasruddin mengajarkan arti syukur kepada lelaki tersebut dengan sangat bijaksana. Tiada kesan menggurui atau menghakimi sebab ketidaksyukuran lelaki tersebut. Kisah ini mengajarkan kita bahwa sempitnya hidup bukan karena kurangnya harta, namun karena kurangnya rasa syukur.
Semoga kita senantiasa bersyukur. Jika ada sedikit hal yang membuat kita mengeluh, berupayalah untuk menepis keluhan itu dan segeralah bersyukur. Perbanyaklah membaca kisah-kisah agung tentang kehidupan. Semoga pandangan kita menjadi bijak dan terus menjadi pribadi yang lebih baik.
Berbahagialah selalu! 🙂
***
~ Zahra Rabbiradlia ~
Bersyukurlah, maka AKU tambahkan, kataNya 🙂
Padahal keadaannya sama saja, ya. Namun saat bersyukur akan terasa lapang.
Ahh zah, thank you sudah sharing ini. Kadang karena satu dan beberapa hal, diri ini sering lupa bersyukur.
Wah teladan banget ya cara ngajarinnya
Bersyukur gampang2 susah,jah. Bisa . Tapi pas hati lg bete ya ingatnya kayak susah aja. Padahal ubah perspektif aja ya baru kelihatan lapangnya. Tapi ya begitulah setan emang di mana-mana heuheu *nyalahin setan :D*
AKu punya beberapa koleksi Nsrudin Hoja ini. Sempat kujadikan referensi menulis buku juga. Kisah-kisahnya memang luar biasa.
Suka sama solusi Nasrudin padahal kondisinya sama sebelum ada kambing dan keledai hahaha...memang harus banyak bersyukur ya teh
Beneran kalau hidup ngikutin kata Allah dan Rasulnya pasti bahagia. Sabar dan syukur itu yg diajarkan agama kita dlm menghadap kebidupan ini....maka bahagialah kita 🙂
Aamiin.
Mengingatkan aku untuk selalu bersyukur...
MAkasih kisahnya Ijaah.
Bagaimana pun rasa syukur yang bisa membuat hidup kita tenang dan bahagia ya..
hahahaha kujuga baca komen teteh ini jadi pengen ketawa. kebayang ya polos banget ngebayangin kalau nashruddinnya itu guru tth haha
kitorang mang sukanya nyalahin setan yak hmmphh...
gak heran cerita anak2 buatan teteh bagus bagus 🙂
iy itulah uniknya nasihat Nasruddin Hoja 🙂
Alhamdulillah merasa diingatkan melalui tulisan ini Zahraaaa. Kadang kita suka lupa untuk bersyukur yaaah
Makasih ya, Teh sudah mengenalkan Nasrudin Hoja. Nanti saya cari referensinya lebih banyak 🙂
deep banget ya nasihat yang diberikan tanpa mendikte 😀
wow, dulu saya pembaca setia kisah Nasruddin.
Tapi lupa baca dimana, mungkin majalah terbitan Majelis Percikan Iman
Baca postingan ini dengan hati hangat :')