Laskar Pelangi telah memperkenalkan kita akan Lintang, sahabat Ikal yang sangat cerdas. Saking cerdasnya, Lintang hanya perlu memejamkan mata untuk menjawab persoalan matematika rumit sekalipun. Lintang adalah kebanggaan, permata dan masa depan. Kecerdasannya mampu membawa Lintang menuju kesuksesan dan janji hidup yang lebih baik.
Namun Lintang tidak mendapatkan kesempatan. Kesempatan hidup seperti yang Ikal dapatkan. Ikal mampu melanjutkan sekolah (meski pas-pasan), sedang Lintang tidak. Ayah Lintang meninggal dan Lintang wajib mengurus adiknya yang masih kecil. Lintang putus sekolah, banyak orang yang menyayangkan. Tapi apalah, Ia harus mengurus adiknya. Lintang memutuskan untuk melakukan hal yang praktikal.
Kisah serupa banyak terjadi di sekitar kita. Atau bahkan pada diri kita sendiri? Sebuah kesempatan dan janji hidup yang tidak didapat. Memaksa kita untuk bertanya. Mengapa?
Memahami hal ini, janganlah melihatnya dari satu sisi. Sebab kita akan menjadi seorang yang kufur nikmat dan mengutuk kehidupan. Lihatlah hal ini dari sisi lain, dari sisi yang lebih luas. Barangkali Tuhan menyiapkan kita untuk melakukan hal hebat lain yang belum kita tahu.
Tuhan memiliki skenario-nya tersendiri. Saya seringkali membayangkan bahwa kehidupan ini adalah grand design yang disusun oleh Arsitek Kehidupan. Sang Arsitek mempersiapkan si A untuk menjadi pengusaha, si B menjadi pemimpin, si C menjadi pendidik, si D menjadi pengabdi, si E menjadi ibu rumah tangga dan lain sebagainya. Semua profesi itu bernilai baik dan saling berkelindan. Menjadi apapun, tetap mampu menginspirasi. Ragam kehidupan yang membentuk sebuah harmoni.
Teringat sebuah cerita yang dituturkan oleh seorang kawan. Alkisah, di suatu tempat yang jauh disana, seorang penduduk merasa kelelahan dalam mengurus pekerjaan rumah tangganya. Maka ia memutuskan untuk membuat sebuah robot pembantu. Penduduk itu membuat program agar robot bisa menyapu, mengepel, mencuci, menyetrika, menyiram tanaman dan lain sebagainya. Ia menyiapkan sapu dan lap pel pada lengan dan kaki si robot, kemoceng dan serbet di perut si robot dan lainnya.
Hingga suatu ketika, si robot melihat ajang pencarian bakat menyanyi di televisi. Si robot ingin sekali menjadi penyanyi hebat yang dipuja-puja oleh banyak orang. Si robot berupaya keras agar bisa bernyanyi dengan baik. Namun tetap, si robot tidak bisa bernyanyi, sebab Ia diprogram hanya untuk menjadi robot pembantu.
Kesedihan menyelimuti si robot. Ia mengutuk kehidupan dan menjalani kehidupan dengan bermalas-malasan. Hingga akhirnya, sang majikan menegur dan memberi nasihat kehidupan kepadanya. Si robot menyadari kesalahannya dan kembali melakukan hal yang sudah semestinya ia lakukan, menjadi robot pembantu.
Terdapat banyak pesan kehidupan dalam kisah robot ini. Kita telah dianugerahi kemampuan untuk menjadi hebat sesuai dengan potensi yang telah diberikan. Kita juga diberikan sebuah kesempatan hidup, demi menunjang potensi yang ada dalam diri.
Bilamana kesempatan hidup tidak kunjung hadir seperti yang Lintang rasakan, bisa jadi Tuhan menyiapkan Lintang bukan untuk menjadi seorang akademisi hebat (seperti Ikal), namun menjadi nelayan hebat di lautnya atau menjadi kakak dan guru yang hebat untuk adiknya. Siapa tahu, adik Lintang adalah orang hebat di masa yang akan datang. Maka dukungan dari Lintang adalah sangat penting. Sungguh, kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi di masa depan.
Ada yang mudah untuk mengetahui potensi dalam diri, ada juga yang sulit. Terkadang untuk menemukan potensi dalam diri, kita harus menempuh jalan memutar dan menjalani kehidupan yang tidak disukai terlebih dahulu. Oleh sebab apa? Barangkali Tuhan sedang mengajari kita untuk bersabar dan terus optimis dalam menjalani hidup.
Grand design adalah misteri. Tugas kita adalah menjalani kehidupan dengan sebaik-baiknya dan bersyukur. Semuanya diniatkan untuk ibadah. Semoga berkah.
~ Zahra Rabbiradlia ~

You might also enjoy:

Leave A Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *