Tuhan selalu punya sejuta cara untuk menuntun kita kembali pada trek yang benar. Setelah beberapa minggu absen bershalawat dari Kitab Dalail, aku menemukan satu feed yang amat menggetarkan hati. Tulisan itu digubah dengan sangat menarik dan scientific oleh uni Rima Olivia tentang urgensi ibu menjadi tukang shalawat paling kuat. Aku, yang saat ini baru sebulan dikaruniai anak ketiga, merasa tersadarkan bahwa momen penting membersamai anak-anak dengan shalawat janganlah sampai ditinggalkan. Justru dengan shalawat, segala hiruk pikuk menjadi ibu tiga anak bisa lebih terberkahi dan jadi tirakat untuk keselamatan dan kebahagiaan anak-anak.
Mengapa sebegitu pentingnya ibu jadi tukang shalawat?
Pertama, dituliskan bahwa ibu memegang peranan penting dalam membentuk blue print anak-anak. Ibu bahkan bisa mulai mendidik anaknya dengan shalawat sejak masih dalam bentuk sel telur atau sperma sekalipun. Energi positif yang dihadirkan shalawat, yang merupakan energi termulia sejagat raya, dapat menumbuhkan janin yang dibersamai oleh cinta pada Rasulullah.
Kedua, seorang ibu mewarisi setiap apa yang dilakukan, dialami, dan diucapkannya kepada anak dan cucunya. Itu semua adalah energi yang perlu dijaga dari pengaruh buruk. Maka itu, menghujani diri selagi ibu masih remaja bahkan anak kecil sekalipun adalah keharusan agar membentuk anak-anak yang dilindungi energi termulia yakni shalawat pada Baginda Nabi.
Ketiga, ibu mampu menghadirkan resonansi shalawat juga untuk seisi rumah. Beras yang ia tanak, masakan yang ia buat, rumah yang ia bersihkan, jika itu semua dibersamai dengan shalawat, maka rumah akan selalu dinaungi malaikat. Sebab malaikat selalu membersamai mereka yang suka menyebut-nyebut nama kekasih-Nya.
Keempat, kualitas batin generasi selanjutnya adalah bergantung dari kondisi mental ibu. Maka itu, ibu perlu memelihara kesehatan mentalnya dengan terus menerus jadi tukang shalawat. Dengan shalawat, hati ibu (dan bahkan masa pra-ibu) menjadi lebih kuat sebab dibersamai selalu oleh cinta pada Baginda Nabi. Shalawat dapat menyiapkan mental dan batin ibu untuk menerima setiap tantangan yang ada. Menjadikan semua baik dan buruk dalam hidupnya terasosiasi pada Allah dan Rasul-Nya.
Alangkah beruntungnya jadi umat Nabi Muhammad, kita dianugerahi shalawat yang bisa jadi jalan selamat hingga akhirat nanti. Kita dapat melakukan apapun dengan shalawat, yakni memohon ampunan, menggemakan syukur, meminta doa, dan lainnya. Bahkan menirakati anak-anak dengan shalawat pun adalah hadiah terbaik yang bisa kita berikan pada mereka. Sebaliknya juga, shalawat yang dilantunkan anak merupakan sarana birrul walidain karena malaikat segera menyebut nama kita dan nama orang tua kepada Baginda Nabi.
Oleh karenanya, wahai ibu, mari kita lantunkan shalawat yang banyak. Selamatkan anak-anak, orang tua, juga diri kita dengan terus bersholawat.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ مُحَمَّدٍ