Sedari kecil, aku dibiasakan untuk tidak merayakan tahun baru Masehi. Ibu dan ayah tidak pernah membelikan kami terompet juga membawa kami ke tempat hiburan umum pada malam puncak tahun baru. Bersempit-sempit ria di tengah keramaian adalah hal yang menakutkan bagi kami, belum lagi dengan bisingnya terompet dan klakson di jalanan.
Kebiasaan itu telah mengakar pada diriku. Sehingga setelah dewasa aku cukup diam di rumah, menonton dan bila beruntung dapat melihat kembang api yang seperti serentak ditembakan dari atas bumi.
Adalah lebih beruntung lagi bila ada kegiatan positif untuk mengisi malam tahun baru. Maka tersebutlah Malam Bina Iman dan Taqwa (MABIT) DKM An-Nuur Bio Farma “Meraih Keberkahan Hidup” pada malam 31 Desember 2014. Tanpa perlu berpikir panjang, aku berniat untuk mengikuti acara tersebut.
Mabit (menginap di mesjid) pada malam tahun baru bukan berarti sebuah bentuk perayaan. Ini adalah langkah yang diambil oleh pihak terkait untuk mengisi waktu libur dengan bermuhasabah dan menuntut ilmu bersama. Ini juga berarti memberi sarana bagi siapapun untuk mengalihkan kegiatan pada malam tahun baru dengan kegiatan yang lebih manfaat.
Mabit yang bertempat di Masjid An-Nuur Biofarma Bandung ini diselenggarakan dan didanai oleh PT. Biofarma. Mengundang Salim A Fillah dan Setia Furqan Kholid, masjid dipenuhi jamaah baik akhwat maupun ikhwan.
Aku datang tepat pada saat adzan Maghrib berkumandang. Saat memasuki pintu masjid, nampak sekelompok panitia yang bertugas untuk meregistrasi peserta mabit dan juga memberikan nasi box dan air mineral botol secara gratis.
Setia Furqon Khalid
Sosok lelaki asal Bandung ini memiliki gaya komunikasi seperti Aa Gym: dari segi berinteraksi dengan peserta, melucu sampai nada suara. Di usianya yang masih muda, yakni 26 tahun, kang Furqon telah menerbitkan buku, menikah dan haji bersama kedua orang tuanya. Sebuah pencapaian yang patut diteladani oleh kaum muda.
Segala apa yang telah dicapai oleh beliau bukan berarti sebuah bentuk kesombongan. Ada kalanya kita harus berani menampilkan pencapaian diri pada orang lain sebagai bentuk kesyukuran dan juga kemanfaatan.Ya, tergantung pada niatnya.
Kang Furqon senang sekali berkelakar. Setiap materi yang disampaikan selalu saja mengundang tawa hadirin. Karena beliau adalah trainer seminar motivasi, maka tak ayal teriakan motivasi berdengung riuh di seantero masjid.
Satu hal yang membuatnya sukses pada usia muda adalah dari membaca. Beliau sangat terinspirasi pada sosok Fahri dalam novel Ayat-Ayat Cinta. Fahri yang selalu memiliki target dalam hidupnya. Maka Kang Furqon mengikuti jejak Fahri untuk selalu menulis target dalam hidupnya, 1 tahun, 5 tahun, 10 tahun.
Aku selalu kagum pada sosok motivator karena daya kreatif yang dimiliki. Seperti kang Furqon ini yang begitu kreatif merangkai kata SETIA (nama depannya) sebagai singkatan dari ciri-ciri muslim sukses.
- S : Spirit
- E : Emotional
- T : True Financial
- IÂ : Intelectual
- A : Action Power
Diakhir sesi, kang Furqon mengajak kita untuk sama-sama belajar dari cicak. Seekor cicak yang menempel pada dinding dan harus makan nyamuk yang terbang untuk bertahan hidup. Betapa hidup yang sulit bagi cicak. Namun cicak tak pernah mengeluh karena mereka bergantung sepenuhnya pada Allah.
Salim A Fillah
Ini adalah kali kedua aku bertemu ustadz Salim. Dulu, tahun 2010 aku berjumpa dengan beliau pada saat bedah buku di Universitas Indonesia. Teringat dulu aku menangis sesenggukan saat memasuki UI, betapa aku sangat ingin kuliah.
Kini aku tak lagi menangis. Aku bahagia karena hari itu aku mendengar kembali ceramah beliau tentang keberkahan hidup. Tersebut bahwa bermesraan dengan Allah adalah keberkahan hidup yang sejati. Beliau pun menyebutkan bahwa keberkahan dalam doa bukan terletak pada cepatnya doa dikabulkan namun pada kemanfaatan bagi sebesar-besarnya alam. Seperti doa yang diucapkan Ibrahim yang memohon diberikan keberkahan pada Bakkah dengan dihadirkannya seorang lelaki yang membacakan ayat-ayatNya pada kaumnya sendiri. Namun rupanya doa tersebut baru Allah kabulkan 4200 tahun kemudian dengan kehadiran Nabi Muhammad yang membawa ajaran Islam hingga akhir zaman.
Berdoa bukanlah berarti kita memberitahu kebutuhan kita pada Allah karena Allah adalah Yang Maha Mengetahui. Doa adalah dialog dengan Allah, mengagungkanNya dan introspeksi diri sendiri. Pada saat kita merasa tak berdaya, berdoalah… Allah akan memampukan kita.
Sebagai wanita, aku selalu memohon pada Allah untuk dikaruniai suami dan keturunan yang sholeh. Namun ustadz Salim seakan menohok diriku dengan berucap: ” Buat apa suami sholeh?! ” Aku tercenung mendengar penuturan beliau itu. Rupanya beliau menyadarkan kami bahwa mintalah yang terbaik pada Allah. Bagaimana jika suami kita sholeh namun kita tidak? Maka perbaiki diri untuk menjadi seorang yang taat pada Allah. Kemudian ustadz Salim berkelakar: ” Lihatlah Asiyah yang suaminya serem dan Maryam yang suaminya gak jelas! Keduanya adalah wanita sholeh dan dijamin masuk surga meski tanpa suami yang sholeh.”
Aku tertohok!
Nabi Ibrahim as adalah seorang yang Allah berkahi. Dalam surat Asy-Syuara ayat 78-82 disebutkan bahwa Nabi Ibrahim memiliki keyakinan yang kuat pada Allah.
“(yaitu) Yang telah menciptakan aku, maka Dia yang memberi petunjuk kepadaku.” (26:78)
” dan Yang Dia memberi makan dan minum kepadaku.” (26:79)
” dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku.” (26:80)
” dan Yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali).” (26:81)
” dan Yang sangat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari Kiamat.” (26:82)
Ust Salim juga menyebutkan bahwa yang penuh keberkahan biasanya jalannya penuh liku. Seperti halnya keberkahan hidup yang dimiliki Yusuf. Pada masa kecilnya ia begitu dicintai ayahnya namun dibuang oleh saudaranya. Setelah dewasa ia begitu dibenci oleh Fir’aun namun kemudian menjadi menteri yang agung, hingga pada akhirnya ia berjumpa kembali dengan ayahnya setelah bertahun-tahun tak berjumpa.
Ustadz Salim mengingatkan pada kita bahwa terkadang kegagalan di dunia adalah keberkahan di akhirat. Seperti yang terjadi pada Nabi Yakub as. Beliau memiliki 12 anak: 10 anak berprilaku jahat, 2 sholeh, namun 1 anak sholeh beliau hilang (dibuang oleh saudaranya). Sebuah kisah yang menggetarkan hati. Bagaimana bisa seorang yang alim seperti Yakub memiliki anaki-anak yang membangkang? Hal ini seperti mengingatkan kita pada kisah-kisah di sekitar kita yang mana banyak anak-anak nakal yang terlahir dari orangtua yang sholeh. Berati tugas kita bukanlah mengutuk orang tua yang tak bisa mendidik anak dengan baik, karena siapa tahu Allah telah menyiapkan hadiah terindah bagi orang tua tersebut atas kesabaran dan usaha mereka untuk mendidik anak menjadi baik.
Terkait rezeki, ustadz Salim menyebutkan bahwa yang terpenting bukanlah jumlah yang dipunya, melainkan keberkahan dari rezeki tersebut. Contoh: jika kita mempunya uang 1 M, bisa jadi rezeki kita tidak sebesar itu. Bisa saja kita membeli makanan yang mahal, namun rezeki nikmat dalam menyantap makanan bisa jadi tidak kita rasakan. Bisa saja kita membeli ranjang mahal namun nikmat tidur lebih terasa bila beralaskan koran. Ya, Allah mendistribusikan rezeki dengan cara yang indah.
Imam Syafi’i pernah ditemui seorang pria yang mengeluh tentang istrinya yang galak serta anak-anaknya yang membantah. Alih-alih mendapatkan solusi baik dalam masalahnya, Imam Syafii malah menyuruh pria tersebut untuk meminta pengurangan gaji pada majikannya dari 5 dirham menjadi 4 dirham. Meski heran, pria tersebut melakukan nasihat Imam Syafi’i. Selang beberapa waktu, pria tersebut datang kembali ke Imam Syafi’i dan mengeluhkan hal yang sama. Maka Imam Syafi’i menyuruh pria tersebut untuk menurunkan gajinya menjadi 3 dirham. Ajaibnya, meski gaji pria tersebut kurang, kehidupan keluarganya menjadi penuh keberkahan dan bisa untuk berinfak.
Rezeki Allah datang darimana saja. Seperti kisah yang terjadi pada Siti Hajar yang berusaha mencari air demi bayinya Ismail dengan berjalan bolak-balik Safa Marwah. Namun ternyata air muncul di tempat diamnya mereka dengan kaki Ismail yang menepuk tanah. Ya, Allah berikan kejutan pada Siti Hajar atas usahanya.
Kemudian bila dalam pekerjaan kita tidak dibayar semestinya, tenang saja, kita sedang menabung rezeki di sisi Allah. Tidak perlu khawatir dengan harta dan rezeki. Yang perlu diperhatikan adalah setiap rezeki yang diberikan olehNya akan selalu ada pertanyaannya. Untuk apa kau gunakan?
Terakhir, mintalah rezeki yang banyak dan cukup. Karena percuma toh punya sepatu banyak tapi gak cukup? 😀
Teruslah memohon hidayah padaNya kapanpun juga. Teruslah bermanja denganNya, yakini benar bahwa kita adalah hambaNya, Rabb Yang Maha Pencipta, Maha Pemelihara, Maha Pengatur, Maha Pemberi.
“Aku tak peduli apakah doaku dikabulkan atau tidak karena jika Allah memerintahkan bagiku untuk berdoa, Ia telah menyiapkan karunia yang terbaik. Yang aku takutkan adalah aku tidak berdoa! ” (Sayyidina Ali)