Adakah yang lebih menyenangkan dari belajar seraya kelana? Jawabannya mungkin tidak, setidaknya bagi diriku. Berkesempatan menjadi finalis lomba blog Why Macau dan bertemu dengan para blogger handal adalah hal yang menakjubkan. Di Macau aku berjumpa dengan Barry Kusuma, Catperku, Amrazing, Harris Maul, Puput Utami, Una dan Sofi. Mereka semua adalah guru bagiku. Aku belajar banyak! Maka kepergianku ke Macau kali ini bukan semata-mata pelesiran dan ber-haha-hihi. Ini lebih dari sekedar itu. Aku meraup banyak ilmu dari para blogger handal. Maka kuucapkan terimakasih kepada VIVA dan MGTO yang telah memberikan kesempatan ini padaku  🙂
Halo. Kamu Una ya?
Dan kamu pasti Sofi . . .
Aku benar-benar bersoja dihadapan mereka.
Itu Barry Kusuma?
Mas Barry… !Lho… Zahra? Kok ada disini?Lha kok Mas Barry ada disini juga? Jangan-jangan ikut ke Macau juga ya?Lha emang kamu ke Macau juga?Hihi iya mas… Alhamdulillah aku terpilih jadi finalis lomba blog Why Macau. Jiah… Baru juga minggu kemarin ketemu di Lombok, sekarang ke Macau bareng Mas Barry lagi?Haha… Emang udah rezeki kamu kali ketemu saya lagi…Preeeeettttt…
Sky Pier Hongkong International Airport
Pukul 5.45 waktu Hongkong, Garuda mendarat dengan sempurna di Bandara Chek Lap Kok Hongkong. Aku begitu sumringah berkesempatan lagi singgah di bandara ini. Namun rupanya keberadaan kami di bandara ini harus sampai 4 jam, karena ferry Turbo Jet yang membawa kami ke Macau ada di jam 10.00. Maka kami melakukan apa saja untuk mengisi waktu luang. Dari mulai berbincang, jalan-jalan hingga istirahat.
Pada saat jam menunjukkan pukul 9 pagi, aku mulai bertanya-tanya. Mengapa dari tadi kita hanya duduk saja? Mengapa kami tidak ke bagian imigrasi?
Usut punya usut, perjalanan kami dari Bandara Chek Lap Kok akan langsung menuju Ferry Terminal Sky Pier yang masih berada dalam kawasan Bandara. Jadi kami tidak perlu ngantri di bagian imigrasi. Ini berbeda sekali dengan perjalananku ke Macau beberapa bulan lalu. Saat itu kami harus mengantri di imigrasi terlebih dahulu karena ferry kami terletak di pusat kota Hongkong. Ini adalah pengetahuan yang baru bagiku.
Moda tansportasi menuju Sky Pier adalah menggunakan Automate People Mover (APM). Tidak sampai 5 menit kami sudah berada di kawasan ferry terminal dan langsung menuju Turbo Jet, ferry yang membawa kami ke Macau. Ada hal yang membuat kami senang, rupanya kelas penumpang kami di upgrade menjadi kelas bisnis. Ini artinya kami akan duduk di bagian paling atas ferry dan mendapat sajian makanan dari pramugari.
Pemerintah Hongkong dan Macau nyatanya benar serius dalam bidang pariwisata. Semua hal yang dibutuhkan turis ada disini. Dari mulai akses transportasi yang mudah, informasi publik yang lengkap dan wifi gratis yang ada dimana-mana (bahkan dalam ferry).
Alan Nan Menawan
Setibanya di Macau, kami dijemput oleh Pak Alan Chan, seorang warga asli Macau yang berdarah Indonesia. Ajaibnya walau beliau sudah lama tidak tinggal di Indonesia, logat medok nya tidak hilang.
“Saya di Indonesia cuman numpang lahir saja. Umur 4 tahun saya dibawa engkong saya ke Macau.”
Nyentrik menjadi ciri khas pak Alan dalam bergaya. Beliau membubuhkan gel pembentuk rambut pada rambut lebatnya yang hitam. Dan ya! Ada hal unik lain yang dimiliki olehnya. Janggut berpilin nan unik. Beliau sengaja membentuk janggut semacam itu. Biar banyak yang kesengsem, begitu katanya. Sepanjang perjalanan, dengan bahasa Indonesia nya yang medok, pak Alan banyak menceritakan beragam informasi tentang Macau. Ada yang serius namun ada juga guyonan
“Kalau ada Alan… Semua aman… ”
Bagaimana tidak? Rupanya kami dipandu oleh orang penting di Macau. Beliau adalah ketua The Indonesia Friendship Association of Macao China, The Indonesia Returned Overseas Chinese Association of Macao China dan anggota AnHui Province Federation of Returned Overseas Chinese-standing Commitee. Semacam bangga pada beliau, ada juga orang Jawa yang menjadi orang penting di Macau 🙂
“Baru pertama kali ini lho saya mendampingi blogger, biasanya dari TV sama koran … ”
“Oya pak? Nanti kita akan menuliskan keindahan Macau di blog masing-masing. Saya dan teman-teman lain pasti akan banyak mengambil foto sebagai referensi dalam tulisan.” jawabku.
“Iya monggo . . . Ambil sebanyak-banyaknya foto ya… ”
Mendengar kalimat yang baru saja diucapkan pak Alan, aku begitu terpana. Semacam senang karena diapresiasi oleh MGTO dan VIVA untuk menyelami keindahan Macau, lantas menuliskannya.
Ada info unik yang Pak Alan sampaikan pada kami. Bahwa kini ada kartu seluler Indonesia di Macau. Kartu itu adalah kartu AS Indonesia-Macau. Jadi bila menggunakan kartu ini, telepon ke Indonesia dari Macau atau sebaliknya, pengguna tidak akan dikenakan roaming.
Pak Alan menjadi pemandu perjalanan kami selama di Macau. Beliau mengajak kami melihat Macau dari berbagai sisi. Dan hal ini sedikit banyak telah memperkaya pengetahuanku tentang Macau. Bahwa Macau tak melulu hotel dan pusat hiburan. Bahwa Macau memiliki kekayaan sejarah dan arsitektur yang memukau. Dan inilah pengalamanku bersama para blogger lain selama di Macau. Selamat berkelana! 🙂
#1 Wisata Hotel Elegan nan Mewah di Cotai Strip
Cotai Strip adalah wilayah hasil reklamasi yang menghubungkan pulau Coloane dan Taipa (Cotai). Disini, kita dapat dengan mudah menemukan hotel-hotel mewah, pusat hiburan berkelas serta pusat perbelanjaan ternama. Dan di kawasan inilah kami tinggal selama 4 hari di Macau.
Sheraton Macau menjadi pilihan tempat tinggal kami. Sheraton merupakan bagian dari Sands Cotai Central yang menaungi 3 hotel ternama yaitu Sheraton, Holiday Inn dan Conrad. Di antara ketiganya, ada jalan penghubung yang saling berkaitan. Hal ini tentunya memudahkan bagi turis untuk berkelana. Saat memasuki kamar hotel, aku benar-benar sumringah karena mendapatkan welcome gift berupa boneka lucu bergaya Portugis.
Tak perlu ada rasa khawatir berwisata di kawasan hotel di Cotai Strip. Penunjuk jalan menuju hotel yang satu dengan yang lain disajikan dengan lengkap. Belum lagi tiap hotel memiliki shuttle bus yang bebas biaya.
1. Ada nuansa Eropa di Macau!
“Ke Venetian, yuk!”, ucap Sofi.
Aku dan yang lainnya mengiyakan. Maka jadilah sore itu kami melangkah menuju Venetian dari Sheraton. Untuk mencapai Venetian, kami perlu melintasi Bridge of Star yang dipenuhi oleh foto dari artis ternama di dunia.
Memasuki kawasan Venetian, aku dipaksa untuk mengingat kembali setiap langkah ku disini. Awal tahun 2014, aku menjejakan kaki disini untuk papakan dan selang 11 bulan kemudian aku kembali ke tempat ini untuk pelesiran. Hadiah dari Viva dan MGTO.
Tak pernah membayangkan akan kembali lagi ke tempat ini. Bersama dengan orang-orang yang hebat …
Venetian menawarkan sensasi yang berbeda untuk para turis. Venetian memiliki konsep Eropa di tiap sentuhan desain interiornya. Hal ini dapat dilihat di langit-langit lobby utama yang terdapat ukiran bergaya eropa yang begitu memesona. Belum lagi ada kubah unik nan indah yang menaungi patung Venetian yang berbentuk seperti globe. Dan singgahlah ke Canal Shoppes yang terdapat di lantai 2. Kita akan mengerti mengapa hotel mewah ini diberi nama The Venetian. Karena apa yang disaksikan oleh mata adalah keindahan tiap sudut kota Venesia yang ada di Italia. Langit nampak seperti nyata yang menaungi sungai buatan bagi hilir mudiknya gondola. Aku dibuat kagum pada arsitek hotel ini. Membuat sebuah kota dalam bangunan? Remarkable!
Saat mengitari Cannal Shoppes, aku mendapati toko unik yang menjual Portuguese Egg Tart, makanan khas Macau. Rupanya Lord Stow’s Venetian adalah satu-satunya cabang dari Lord Stow’s yang ada di pulau Coloane. Jika singgah di Macau, cobalah Portuguese egg tart Lord Stow’s. Portuguese egg tart asli dan terenak di Macau.
2. Paradise Garden
Tiap hotel di Cotai Strip memiliki taman indoor yang memesona. Coba lihatlah bunga-bunga yang ada di Paradise Garden ini. Ada chrysanthimum, bromelia, phalaenopsis dan rosea yang warnanya beragam. Di bagian tengah taman, ada air mancur berwarna yang bergerak indah. Aku dibuat kagum dengan keindahan ini. Rupanya pihak hotel serius betul dalam menyenangkan hati turis.
Paradise Garden tak hanya menawarkan sajian bunga dan air mancur yang memukau. Ia juga memiliki sajian hiburan menarik untuk anak-anak yaitu sesi foto dengan tokoh-tokoh kartun Dream Works seperti Kungfu Panda, Shrek dan lainnya. Namun rupanya sesi foto ini tak hanya menarik perhatian anak-anak. Orang dewasa pun banyak yang mengantri sesi foto bersama tokoh kartun itu, termasuk aku.
Sebagai tips bagi kawan yang hendak berwisata di Cotai Strip, datanglah pada malam hari. Karena sajian paduan lampu penuh warna akan memanjakan mata. Mengagumi cotai strip di malam hari adalah sebuah keharusan selama berkunjung ke Macau 🙂
3. Diamond Show
Pertunjukan ini bisa ditemui di lobby utama Galaxy Hotel yang masih terletak di Cotai Strip. Mulanya di bagian tengah lobby adalah air mancur seperti biasa. Namun tiba-tiba, air mancur itu bergerak ke atas lalu muncullah diamond yang ukurannya besar sekali. Setelah itu muncul 4 pasang penari yang semakin memeriahkan pertunjukan hebat ini.
4. Dragon’s Treasure dan The House of Dancing Water
Selain taman dan jembatan, Cotai Strip memiliki terowongan yang indah penuh warna. Terowongan indah ini terletak di kawasan City of Dreams. City of Dreams menaungi 3 hotel besar di Cotai Strip yaitu Grand Hyatt, Hard Rock dan Crown Towers.
Barangkali penamaan City of Dreams memang benar adanya. Disini, pengunjung akan mendapatkan pertunjukkan yang berbeda dari yang pernah ada. Seperti di alam mimpi! Misalnya Dragon’s Treasure. Mengusung tagline ‘A totally immersive 360 multimedia journey’, pengunjung akan dimanjakan dengan tontonan layar 360 derajat. Cukup dengan membayar MOP 50 (Macau Pataca), pengunjung dapat menyaksikan hilir mudiknya naga, ubur-ubur dan wisata bawah laut yang memukau. Aku sampai dibuat bingung, bagaimana cara membuat teater 360 seperti ini?
The House of Dancing Water adalah pertunjukkan terbaik yang pernah ada! Saya berani bilang bahwa tak lengkap rasanya bila berkunjung ke Macau tanpa menonton pertunjukan luar biasa ini.
Dengan mengusung tagline ‘A Show Like No Other On Earth’, pengunjung benar-benar dikejutkan dengan penampilan luar biasa dari para pemain. Bagaimana tidak? Awalnya panggung adalah berupa kolam air yang dalam. Namun tetiba dari air itu muncul sebuah rangkaian tiang raksasa yang dikerumuni para manusia akrobatik. Lantas mereka dengan mudahnya berakrobat dan terjun dari ketinggian tiang ke dalam air. Aku tak habis pikir. Bagaimana mereka melakukan itu?
Selain aksi akrobatik dan melompat dari ketinggian +/- Â 17 meter, The House of Dancing Water juga menunjukkan aksi akrobatik dengan menggunakan motor! Coba bayangkan ya, panggung yang berbentuk kolam itu tiba-tiba berubah menjadi arena sport untuk motor cross! Sungguh luar biasa pertunjukkan ini.
Pengunjung diperbolehkan mengambil foto di tempat ini namun tidak boleh memakai flash. Pengambilan video adalah dilarang. Jika ada yang melanggar, maka siap-siap ditegur oleh petugas yang siap siaga di seluruh penjuru bangku penonton.
Untung saja pada saat menonton pertunjukkan ini, rombongan Macau Indonesia ada di tribun tengah. Jadi percikan air dari para pemain tidak mengenai kami. Bagi para penonton yang duduk di depan, disediakan selimut merah untuk menutupi dari percikan air atau dari pemain yang sengaja membasahi penonton.
Pertunjukkan berlangsung selama 1 setengah jam dan penonton benar-benar dibuat seperti lupa waktu. Saking terpesonanya, aku pun jadi merasa sangat sebentar menonton pertunjukkan ini. Rupanya benar kata Pak Alan, pertunjukkan ini sangat luar biasa dan kita akan mau mau dan mau lagi menonton The House of Dancing Water.
Maka layaklah bila pertunjukkan ini disebut-sebut sebagai A Must-See Experience dan The World’s Largest Water Extravaganza!
#2 Ketemu Panda yuk!
Rupanya di Macau ada Panda! Namun sayang seribu sayang, jumlah Panda di Macau hanya satu. Namanya Kai-Kai. Pasangan Kai-Kai baru saja mati dipertengahan tahun 2014. Aku tak bisa membayangkan, bagaimana ya perasaan hati Kai-Kai hidup seorang diri di Macau?
Lokasi dimana kita bisa menjumpai Panda adalah di Panda Pavilion yang terletak di Parque de Seak Pai Van. Selain Panda, kita akan menemukan burung unta dan flamingo yang begitu indah.
Waktu yang tepat untuk berkunjung ke Panda Pavilion adalah di pagi hari, saat dimana Kai-Kai sedang lahap sarapan pagi. Dengan begitu, kita bisa melihat aktivitas Kai-Kai dengan jelas.
Ada hal unik nan menggelitik. Mulanya karena mas Fahmi (@catperku) melihat ada stempel bergambar Panda. Karena bingung tak ada sarana baginya untuk menempelkan stempel, maka mas Fahmi memilih passport nya sendiri. Dan rupanya hal ini diikuti oleh mas Harris dan aku! Selang beberapa menit kemudian, ada petugas wanita yang berbicara pada kami dengan bahasa Canton. Mulanya kami beranggapan bahwa kami dilarang berlaku seperti itu, namun rupanya maksud ia adalah bahwa pengunjung bisa membeli passport Panda yang ada di toko souvenir lantas boleh menempelkan stempel itu disana. Seruan ‘ooooohhh’ menyeruak, lantas kami bergegas pergi karena malu.
#3 Museum di Macau
Menyelami sejarah Macau itu menakjubkan. Aku jadi tahu jika pusat penyebaran agama Kristen untuk wilayah Asia adalah dari Macau, tentu saat Portugis menguasai wilayah ini sejak tahun 1557. Bahkan menurut pak Alan, universitas barat pertama di Asia ada disini, namanya Jesuit College of St Paul’s. Universitas modern ini merupakan tempat belajar para misionaris sebelum mereka bertugas di Ming Court Beijing sebagai ahli astronomi dan ahli matematika.
1. Museu de Macau
Kunjungan pertama kami adalah ke Museu de Macao. Di museum ini, beragam sejarah Macau diperlihatkan. Hal yang membuatku berdecak kagum pada museum ini adalah adanya teknologi canggih yang melengkapi fasilitas museum. Misalnya saja saat ingin mengetahui jalur perdangangan sutra, kita cukup menekan tombol maka lampu-lampu akan bergerak maju di sepanjang jalur sutra yang ada di peta besar. Kemudian ada juga tombol dimana kita bisa mendengar kata ‘teh’ dalam beragam bahasa. Rupanya kata ‘teh’ atau ‘tea’ berasal dari akar bahasa yang sama yaitu Fukienese. Sedangkan kata ‘ocha’ berasal dari akar bahasa Cantonese.
Selain itu, kita bisa menyaksikan film sejarah Macau. Dan bila ingin mendengar narasinya dalam bahasa Inggris, Jepang, Portugis dan lainnya, kita bisa menekan tombol dalam pesawat telepon sehingga kita bisa mendengar terjemahannya.
Di museum ini, kita juga dapat menjumpai rumah khas Portugis yang bernuansa pastel serta rumah khas China. Ada juga ranjang khas bagi para pembesar China dan Chinese Bridal Sedan Chair atau kereta yang diangkat oleh para tukang yang berisi pengantin. Aku sering melihat kereta ini di film-film kolosal China.
Keluar dari museum, kita akan menemui Mount of Fortress. Disini kita dikelilingi oleh benteng dan meriam yang jumlahnya banyak. Oya, ada juga lho meriam yang bisa menembak Grand Lisboa 😀
Pemandangan Macau dapat kita temui di Mount Fortress ini. Dari mulai gedung-gedung bertingkat, jembatan, Macau Tower, rumah sakit, sekolah hingga pemukiman warga.
2. Grand Prix Museum
Bagi pecinta F1 dan Moto GP, nampaknya kunjungan ke museum ini adalah sebuah keharusan 🙂
Museum ini dibangun pada tahun 1933 untuk memperingati 40 tahun Macau GP. Di dalamnya, kita dapat menemukan mobil F1 yang pernah dikendarai oleh Michael Schumacher, David Coulthard, Aryton Senna dan pembalap terkenal lainnya. Selain mobil dan motor, di museum ini dipajang juga piala, rekor juara, helm, foto, video Macau GP dan ilustrasi artikel.
Akses masuk ke museum ini bebas biaya. Museum ini terletak di kawasan Macau Tourism Activities Center di Rua Luis Gonzaga Gomes, yang bersebelahan dengan Wine Museum.
3. Wine Museum
Masih terletak di kawasan Macau Tourism Activities Center, di museum ini kita akan disuguhi beragam sejarah menarik tentang wine. Dari mulai pembibitan anggur, pengolahan serta penyimpanan wine.
Selain itu, kita juga bisa menjumpai pakaian khas Portugis. Aku benar-benar terkesima pada busana wanita Portugis. Gaunnya begitu anggun dan tertutup, belum lagi scarf yang menutupi rambut dan leher. Jadi semacam melihat mannequin berhijab 🙂
4. The Taipa Houses-Museum
Di museum ini terdapat 5 tipe rumah khas Portugis yang berwana hijau pastel. Rumah ini dibangun pada tahun 1921 sebagai tempat tinggal para jendral Portugis. Namun pada akhir tahun 90-an, fungsi rumah ini dialih fungsikan sebagai museum.
Di dalam museum ini, kita dapat menjumpai perabot rumah tangga dan busana khas bangsa Portugis. Selain itu ada juga becak khas Macau yang memiliki ciri khas berbeda dengan becak yang ada di Indonesia. Perbedaan itu adalah pengemudinya berada di depan penumpang.
#4 Gereja, Kuil dan Pedesaan di Macau
1. Gereja
Jika Lombok terkenal dengan Bumi Seribu Masjid, lain halnya dengan Macau. Barangkali sebutan yang paling tepat untuk Macau adalah Bumi Seribu Gereja karena dimana-mana ada gereja.
Macau memang dibuat sengaja sebagai salah satu benteng Nasrani di Asia sekaligus tempat perdagangan dan dihormati sebagai ‘Kota Atas Nama Tuhan, Macau’. Maka tak heran jika banyak kapel dan gereja berdiri disini. Terhitung ada 9 kapel dan 7 gereja besar.
Macau dipenuhi oleh berbagai arsitektur peninggalan Portugis. Sentuhan yang ada di tiap gereja di Macau adalah khas Portugis. Contohnya saja St. Dominic Church yang ada di Senado Square. Warna kuning pastel yang melekat di badan gereja ini benar menandakan bahwa sentuhan Portugis nyata ada. Kita boleh masuk dan mengambil gambar ke gereja ini namun dilarang ribut dan memakai flash.Â
Ruins of St Paul’s Church adalah the famous historical building yang ada di Macau. Maka tak ayal bila tempat ini penuh sekali oleh para pelancong. Konon, katedral St Paul ini dibangun pada tahun 1582 dan merupakan gereja terbesar di Asia. Namun karena peristiwa badai topan pada tahun 1853, katedral ini terbakar dan hanya menyisakan sepotong dinding fasade. Walau begitu, masih terlihat keindahan relief yang tersisa disana.
Sedikit ke atas bukit, kita akan menemukan Chapel of Our Lady of Penha. Kapel ini didirikan pada tahun 1622 oleh awak kapal dan penumpang yang nyaris tertangkap oleh Belanda. Kapel ini berfungsi sebagai titik perjalanan bagi para pelaut yang berlayar. Penha Church yang berdiri dengan gagahnya di atas bukit, bisa dilihat dari jalanan protokol Macau.
Penha Church memiliki gazebo yang nyaman untuk bersantai dan membaca. Sayangnya aku tak bisa berlama-lama disini. Dari atas halaman gereja, kita bisa melihat Macau Tower yang menjulang, Lisboa dan jembatan Macau yang kokoh. Ah, aku benar-benar betah di tempat ini!
2. Kuil
Tak hanya gereja, Macau juga punya kuil. Kuil pertama yang kami kunjungi adalah Na Tcha Temple yang terletak di samping Ruins of St. Paul’s Church. Kuil ini dibangun pada tahun 1888 untuk memuja dewa Na Tcha. Bangunan kuil Na Tcha ini jauh lebih kecil dibanding St Paul. Luasnya hanya 8,4 m x 4,5 m. Konon pada saat ada wabah penyakit yang aneh, penduduk berbondong-bondong datang ke kuil ini dan ajaibnya setiap penderita akan sembuh.
Ada juga kuil A-Ma yang merupakan kuil tertua di Macau. Kuil yang dibangun sejak tahun 1.488 di era Dinasti Ming ini (1368-1644) merupakan tempat pertama kalinya bangsa Portugis mendarat di Macau dan titik awal sejarah Macau. Maka tak heran bila banyak yang menyebutkan bila umur kuil A-Ma lebih tua dibandingkan Macau sendiri.
Kuil A-Ma dibangun untuk memperingati Matsu, dewi pelaut dan nelayan. Di luar kuil terdapat tempat khusus untuk menempelkan harapan dan doa. Harapan itu ditulis dalam kertas merah lalu digantung. Ada beragam bahasa dalam kertas itu, tentu saja ada bahasa Indonesia.
3. Pedesaan di Macau
Nyaman adalah kesan pertama yang kudapat saat mengunjungi Coloane Village. Di desa ini banyak sekali bangku taman sehingga orang dapat dengan nyaman membaca, berbincang atau makan sambil menghirup udara segar. Oya walau jalanannya sempit, tidak ada kemacetan disini.
Di desa Coloane, kita akan menemukan Chapel of St. Francis Xavier yang dibangun pada tahun 1928 untuk mengabadikan tulang peninggalan orang suci. Kapel ini berwarna kuning pastel dan di bagian tengah halamannya kita akan menemukan monumen bajak laut yang dibangun sebagai bentuk perayaan akan kemenangan warga atas bajak laut.
Melaju sedikit dari kapel, kita akan menjumpai pasar tradisional yang tertata begitu rapi. Di pasar ini aku tidak mencium sama sekali bau amis khas pasar. Buah-buahan seperti cheri, blackberry dan buah nektarin banyak dijual disini.
Di desa ini terdapat toko legendaris yang merupakan tempat pertama produksi Portuguese Egg Tart. Nama toko ini adalah Lord Stow’s Bakery. Bangunan toko ini kecil namun tak pernah sepi pembeli. Harga satu bungkus Portuguese Egg Tart isi 12 adalah MOP 90. Kebetulan pada saat berkunjung ke toko ini, rombongan Macau Indonesia ditraktir koh Alex makan Portuguese Egg Tart. Hoho . . .
Satu hal yang mesti dicoba di Coloane Village adalah: beli Portuguese Egg Tart di Lord Stow’s lalu makan di tepi sungai yang menghadap ke Zhu Hai yang merupakan wilayah China daratan. Rasanya senang sekali dapat melihat China daratan yang hanya sepelemparan batu dari Coloane.
Saat makan Portuguese Egg Tart di Coloane, aku menangkap ada bayangan kastil besar yang tertutup kabut. Saat kutanyakan pada pak Alan, rupanya bangunan itu adalah Chimelong Hengqin Bay Hotel yang merupakan hotel bertema ocean terbesar di China.
#5 Wisata di Tengah Kota Macau
1. Macau Tower
2. Prosperity Tree
Prosperity Tree adalah pertunjukan gratis yang berada di lobby Wynn Hotel. Terletak di tengah lobby, mulanya bentuk lantai adalah seperti lengkungan gunung. Namun saat langit-langit lobby terbuka dan menampilkan sajian lampu yang indah, lantai lobby mulai terbuka dan munculah pohon yang besar. Saat pohon itu berdiri tegak, banyak pengunjung yang melemparkan koin semata mencari keberuntungan.
3. Musical Fountain
Masih di Wynn, ada juga Musical Fountain yang terletak di halaman hotel. Air mancur ini akan menari mengikuti irama lagu. Pada saat berada disana, kami disuguhi lagu Yue Liang Daibiao Wo de Xin, maka air mancur yang kami saksikan menari dengan begitu anggun. Pak Alan mengatakan bahwa setidaknya ada lebih dari 5 buah lagu dengan genre berbeda yang ada di Musical Fountain ini.
4. Grand Lisboa
Waktu yang paling tepat untuk menikmati keindahan Grand Lisboa adalah di malam hari. Dari Wynn, kita hanya perlu berjalan kaki melewati terowongan bawah tanah untuk mencapai Grand Lisboa.
5. Macau Fisherman’s Wharf
Rupanya nuansa Eropa tak hanya ada di The Venetian. Di Macau Fishermans’s Wharf, pengunjung akan menemukan colloseum Roma tiruan. Bagaimana ya bentuk Colloseum yang asli di Roma? Ini saja sudah begitu megah.
Macau Fisherman’s Wharf adalah taman bertema yang di dalamnya terdapat banyak restoran, pusat hiburan, pertokoan dan convention hall.
6. Senado Square
Senado bak alun-alun Macau. Yang unik dari Senado ini adalah lantainya yang terbuat dari batu datar bermotif mosaik gelombang yang diciptakan khusus oleh para ahli Portugis. Disini kita akan menemukan beragam toko souvenir, supermarket hingga outlet khusus barang-barang branded. Buatlah rencana perjalanan yang lama disini. Karena tak hanya semata belanja, kita akan menjumpai Ruins of St Paul’s Church, St. Dominic’s Church, Section of Old Walls, Na Tcha Temple, Holy House of Mercy, Museu de Macau, Mount Fortress dan The General Post Office Building.
#6Â Let’s Get Lost dalam kemacetan!
Di hari terakhir di Macau, aku memutuskan untuk menuju A-Ma Temple dan Penha Church menggunakan bis. Saat itu aku, Una da Sofi memilih menggunakan bis 21A dari halte bus The venetian menuju halte bus A-Ma Temple. Selama perjalanan aku melihat banyak pekerja dan pelajar yang hilir mudik di dalam bis.
Saat pulang menuju Cotai Strip, kami memilih bus MT4. Di tengah-tengah perjalanan, aku melihat ada gedung yang bertuliskan Indonesian Street. Rupanya Indonesian Street adalah pusat pertokoan bernuansa budaya Indonesia terbesar di China. Sayangnya kami tak sempat berkunjung kesana.
Rupanya kepulangan kami ke hotel tidak selancar saat pergi. Kali ini perjalanan kami harus dihambat dengan kemacetan yang merambat sampai ke jembatan. Ini sesuatu yang baru bagiku, ada macet di Macau!
#7 Wisata Kuliner selama di Macau
1. Feast Sheraton Hotel
Di restoran ini, beragam menu dihadirkan untuk memanjakan lidah setiap pengunjung hotel. Bahkan pada hari kedua di Sheraton, pihak restoran menyajikan menu rendang dan nasi lemak. Ada juga mini Portuguese Egg Tart yang didesain menarik. Bagi muslim, sebaiknya kehati-hatian dalam memilih menu makanan harus diutamakan. Karena tidak ada kejelasan mana makanan yang halal dan tidak.
2. Macau Tower Revolving Restaurant
Ini adalah restoran terunik yang pernah saya kunjungi. Restoran ini terletak di lantai 62 Macau Tower. Konsep dari restoran ini adalah 360 revolving restaurant. Sehingga saat kita makan, lantai akan bergerak sejauh 360 derajat dan pengunjung dapat melihat keindahan macau sembari menikmati sajian malam. Menu yang saya makan disini antara lain Codfish (perkedel khas Portugis), Sushi, Sup, Sayuran, Napoleon Slice, Cheese Cake dan Pudding Mango.
3. Miramar Restaurant
Ini adalah restoran bercitarasa Portugis. Restoran ini terletak di Coloane dan letaknya dekat dengan Westin Hotel dan Ha-Sa Beach. Ciri khas masakan Portugis adalah codfish, salad gurita, sup kerang dan aneka masakan laut lainnya.
4. Taste of India, Macau Fisherman Wharf
Restoran ini adalah salah satu masakan halal yang berada di Macau. Di tempat ini kami disajikan makanan khas India seperti Buna Gosh, Chicken Tikka, Garlic naan dan Paper.
5. Grand Emperor Hotel
Pernah menginjak emas 1 kg? Pengalaman itu dapat kita temukan di Grand Emperor Hotel. Lantai lobby hotel ini dipenuhi dengan emas 1 kg sebanyak kurang lebih 88 buah. Salah satu stakeholder hotel ini adalah Jackie Chan, aktor ternama Hongkong.
Siang itu kami makan di Dimsum Lunch yang terletak di bagian atas Grand Emperor. Makanan yang disajikan oleh pramusaji adalah makanan khas china seperti ayam, bebek, tahu dan sayur. Saya bertanya-tanya, ini kan Dimsum Lunch, mana dimsum-nya?
Rupanya dim sum adalah bahasa Kantonis yang artinya makanan kecil. Biasanya dim sum dimakan bersamaan dengan teh. Kini aku mengerti bahwa dim sum itu bentuknya tak semata siomay kecil seperti yang ada di Indonesia.
6. Gosto, Galaxy Hotel
Jamuan malam kami berakhir disini. Masih bercita rasa Portugis, makan malam kami akan didominasi oleh sea food. Malam itu, sajian pembuka kami adalah roti mentega, sup tomat telur dan salad sea food. Kemudian makanan inti adalah ayam dan kentang yang disajikan dengan menarik dan ditutup dengan Portuguese Egg Tart dan Biscuit Mousse.
#8Â Wisata ala Blogger bersama MGTO
Ditemani Pak Alan mengelilingi Macau, kami merasa seperti turis yang dilayani dengan fasilitas VIP. Misalnya saja saat makan di Dimsum Lunch dan Gosto, cukup dengan mengucapkan ‘MGTO’ maka kami akan diberikan ruangan khusus.
Tahun 2014 ini, Macau Government Tourist Office memasuki usia ke-15. Perayaan ulang tahun MGTO ini terlihat dengan jelas di Senado Square. Ada semacam pohon natal yang dihiasi tulisan MGTO 15th. Dan bersamaan dengan perayaan ulang tahun inilah, diadakan blogger trip dimana MGTO bekerja sama denga VIVA.
Pak Alan mengatakan bahwa para blogger banyak mengambil gambar saat sedang berkelana. Hal ini diamini pula oleh Myrna, pramusaji Miramar berkebangsaan Filipina. Menurutnya, perkakas kamera yang kami bawa menandakan bahwa kami datang ke Macau tak hanya sekadar berkelana. Ada misi utama yang kami bawa yaitu memberitahukan pada khalayak ramai tentang keindahan Macau.
Berwisata dengan blogger handal membuat saya jadi banyak tahu tentang dunia blogging. Ilmu yang saya dapatkan saat trip bersama blogger adalah jauh lebih banyak dibandingkan ilmu di workshop writing. Karena adanya kesan akrab yang tercipta membuat tak ada gap di antara kami.
Maka ucapan terimakasih tak terhingga ku tuturkan kepada Macau Government Tourist Office dan juga kepada VIVA sebagai pihak penyelenggara kompetisi menulis Why Macau. Terimakasih banyak, karena tak hanya pengalaman yang saya dapat namun juga ilmu dan pertemanan yang mahal harganya.
Bagi para pembaca, barangkali ini adalah tulisan terpanjang saya di ijaah.com . . . Semoga tulisan ini bermanfaat dan menambah khazanah pengetahuan kita akan dunia luar. 🙂
Mh-goi (dibaca: emkoi) Â : Terimakasih / Permisi
Note: Saya terpilih menjadi Finalis lomba blog Why Macau setelah mengirimkan tulisan perjalanan saya di Hongkong dan Macau Januari 2014.
Macau Government Tourist Office Representative in Indonesia
Twitter: @macauindonesia
Facebook: Macau Indonesia
Website:Â http://id.macautourism.gov.mo/