I need to believe that something extraordinary is possible. – Alicia Nash
Saat kecil dulu, aku selalu membayangkan bahwa pernikahan adalah hidup bahagia sepanjang masa, seperti laiknya kisah Cinderella dengan sepatu kacanya yang berujung bahagia. Namun setelah dewasa aku mengerti bahwa pernikahan tak selamanya membawa bahagia. Ada banyak ujian dan perbedaan yang mengguncang bahtera rumah tangga.
Kini aku tak lagi menganggap bahwa pernikahan adalah happily ever after. Pernikahan adalah ibadah. Dalam pernikahan, kita harus mengedepankan toleransi dan menekan ego masing-masing. Seorang istri jangan lagi bersikap cemburu, penuh curiga atau menolak permintaan suami (meski suami adalah seorang dewasa yang bisa mengurus diri sendiri). Untuk itulah mengapa seorang istri yang shalat lima waktu, puasa dan taat pada suaminya, mendapat balasan surga. Masya Allah.
Lewat film A Beautiful Mind, pengertianku akan pernikahan semakin diperbaharui. Adalah Alicia Nash, istri dari John Nash (ilmuwan) yang merasakan bahwa pernikahan tidak seindah yang dibayangkannya. Pada saat Alicia mengandung anak pertama, John Nash mulai bersikap aneh. John mulai berkhayal dan berbicara sendiri. John bahkan hampir menenggelamkan anaknya yang masih bayi. Ia juga pernah memukul dan mengacuhkan Alicia. Perubahan sikap John karena penyakit Skizoprenia yang dideritanya telah membuat Alicia hampir menyerah akan pernikahannya.
Meski John telah berubah, Alicia memutuskan untuk tetap setia padanya. Meski John tak lagi romantis dan gagah, Alicia tetap menemaninya. Bertahun-tahun Alicia menekan ego dan menyerahkan diri sepenuhnya untuk patuh dan setia pada suaminya. Tak mudah menjadi Alicia. Sungguh tak mudah.
Kesabaran dan keikhlasan Alicia membuahkan kebahagiaan. Pengorbanan dan kesetiaan Alicia selama ini adalah kebahagiaan itu sendiri. Ia tak bisa membayangkan, hidup macam apa yang akan Ia alami jika meninggalkan John dan delusinya.
Telah puluhan tahun Alicia mengisi hidupnya untuk menemani John. Skizoprenia itu tak pernah hilang. Namun John berhasil mengabaikan delusinya. John memilih untuk merespon panggilan dan cinta dari orang-orang nyata, yang bisa Ia sentuh dan tumbuh menua.
John kuat karena dukungan Alicia. Pada akhirnya, John menjadi ilmuwan terkemuka dunia dan berhasil mendapatkan nobel dalam bidang ekonomi. Sebuah pencapaian yang hebat, mengingat John adalah penderita Skizoprenia. John kuat karena cinta dari orang-orang terkasih. John kuat karena Alica, sang istri tercinta.
Ada banyak wanita di dunia ini yang memilih untuk menjadi Alicia. Setia dan patuh pada suami, selama suami tersebut tidak mengajak pada jalan keburukan. Berat. Sungguh berat. Bagaimanapun, wanita selalu ingin dimanjakan dan diperhatikan. Tapi apalah arti hasrat untuk selalu dimanjakan, bila kenyataannya sang suami tidak bisa berlaku demikian karena suatu hal? Pilihannya ada dua, tetap setia atau meninggalkan.
Jika dihadapkan pada situasi demikian, aku belum tahu jalan mana yang akan kupilih, karena ya… aku belum pernah mengalami situasi seperti itu. Namun lewat kisah Alicia ini aku belajar bahwa pernikahan tak selamanya indah. Aku juga belajar bahwa dibalik pria hebat, terdapat wanita yang jauh lebih hebat. Alicia telah menginspirasiku untuk tetap setia pada suami, bahkan dalam kondisi terburuk sekalipun. Berat. Sangat berat. Untuk itulah mengapa Tuhan menjanjikan surga bagi istri yang patuh pada suami dan sabar dalam menjalani hidup.
Pernikahan tidak semudah yang dibayangkan. Meski begitu, pernikahan selalu didamba oleh setiap manusia. Terdapat banyak sekali lahan ibadah dan kebahagiaan dalam pernikahan.
Aku sangat penasaran, seperti apa episode pernikahan yang kelak akan terjadi pada diriku. Akankah seperti Habibie – Ainun, Mario Teguh – Lina Teguh atau seperti John Nash – Alicia Nash? Tak ada yang tahu. Tugasku sekarang adalah mempersiapkan diri dan meneguhkan hati untuk menerima apapun episode hidup yang telah digariskan.
Bukankah kita hanya perlu bersyukur dan menerima peristiwa apapun yang terjadi dalam hidup?