Indonesia, sebagai negara yang dilimpahi hutan luas, memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga kelestarian lingkungan dan sumber daya alam bumi. Di tengah kalutnya krisis global saat ini, peran Indonesia amat dibutuhkan agar bumi bisa keluar dari cengkraman badai iklim.
Tak hanya di tingkat pemangku jabatan, peran Indonesia dalam menjaga lingkungan tertanam pula di diri anak-anak muda. Pada sesi webinar bersama Eco Blogger Squad, saya mengenal 3 perempuan muda yang menciptakan gebrakan hebat untuk menyelamatkan iklim Indonesia dan dunia. Mereka adalah Amalya Reza dari Trend Asia, Jaqualine Wijaya dari Food Sustainesia, dan Cerli Febri dari SKELAS.
Semangat ketiganya dalam menjaga bumi Indonesia berfokus pada tiga tema penting: food sustainability, bisnis lestari, dan perjuangan melawan co-firing.
1. Food Sustainability: Eathink
Pertama-tama, mari kita berbicara tentang food sustainability bersama Jacqualine. Di tengah perkembangan industri dan pertanian yang semakin intensif, penting untuk mempertimbangkan cara menyediakan makanan yang berkelanjutan untuk populasi yang terus bertumbuh. Anak muda Indonesia telah memahami pentingnya ini.
Eathink berfokus pada 3 hal, yakni food waste, nutrition, dan sustainable agriculture. Jadi sederhananya, Eathink mengedukasi kita untuk mengatur pola makan kita lebih plant-based dan menggunakan local food. Selain itu, kita harus tahu our own portion supaya tidak ada makan yang terbuang dan belajar mengolah hasil olahan dapur menjadi kompos atau bahkan bentuk makanan lainnya.
2. Bisnis Lestari: SKELAS (Sentra Kreatif Lestari Siak)
Di Siak, Riau, Cerli dan rekan-rekannya menciptakan sentra ekonomi yang juga merupakan inkubator untuk ekonomi berkelanjutan.
Salah satu contoh praktiknya adalah mengedukasi pebisnis lokal untuk mengeskalasi bisnisnya menjadi lebih kekinian dan berkelanjutan. Contonya pemanfaatan ikan gabus, juga bekatul untuk pembuatan bolu dan tepung kemojo yang gluten free.
3. Bioenergy: TREND AsiaMelawan Co-Firing dan Dampak Buruknya
TREND Asia (Transformation of Energy and Sustainable Development in Asia) hadir sebagai akselerator transformasi energi dan pembangunan berkelanjutan di Asia. Amelya selaku Manajer Bioenergi di TREND Asia menyuarakan bahwa agar kita tidak abai terhadap masalah co-firing.
Co-firing (pencampuran biomassa seperti kayu atau cangkang kelapa sawit dengan batu bara) yang digadang-gadang solusi terbaik menekan emisi karbon, ternyata menyumbang kerusakan yang sangat parah terhadap lingkungan, yakni deforestasi dan bahkan penambahan emisi karbon.
TREND Asia menyuarakan agar pemerintah mencari solusi alternatif seperti bioenergy yang benar-benar berkelanjutan dan bersih. Sebenarnya Indonesia punya kekuatan energi berkelanjutan yang melimpah, seperti matahari, ombak, angin, mikro hidro, air, dan lainnya. Hanya saja pemerintah belum melirik itu dengan sempurna.
Semangat ketiganya dalam menjadikan food sustainability, bisnis lestari, dan perjuangan melawan co-firing sebagai bagian penting dari perjuangan menjaga Indonesia, perlu kita dukung. Inisiatif ini tidak hanya memiliki dampak positif pada lingkungan tetapi juga pada ekonomi lokal, membantu menciptakan masa depan yang lebih baik dan berkelanjutan untuk Indonesia.