Zahra mau oleh-oleh apa dari Kalimantan?
Pertanyaan itu keluar dari seorang kawan yang tinggal dan bekerja di Kalimantan. Seminggu lagi papakan nasional, itu berarti sebentar lagi kita akan bersua.
Apa ya… makanan aja deh. Bawain aku amplang yang banyak ya. Huehehe…
Ia tertawa dan menyetujui permintaanku. Tak lupa ia meminta oleh-oleh dari Bandung, makanan juga. Sebelum percakapan ditutup, ia berkata bahwa akan memberikanku hadiah istimewa dari Kalimantan.
Hadiah istimewa? Apaan?
Nanti lah, kau akan tahu saat papakan nanti. Kan kejutan…
Dengan terpaksa aku mengiyakan ucapan kawanku dan semakin tak sabar untuk pergi ke Macau: papakan nasional, juga bertemu dengan hadiah istimewaku.
Sudah lebih dari setahun percakapan itu berlangsung, namun gaungnya masih kerap terasa. Rasa senang saat mengetahui bahwa tempat papakan nasional bukanlah di Indonesia, buatku girang bukan kepalang. Macau, menjadi pilihan berlangsungnya papakan nasional.
Aku menyiapkan segala sesuatunya dengan paripurna. Karena disana sedang musim dingin, jaket dan syal menjadi hal yang utama. Selain itu, kusiapkan pula pakaian tebal dan boots pink. Biar terkesan feminin, mungkin…
Rupanya papakan bukan sekedar papakan, namun juga sebagai sarana untuk saling mempererat persatuan sesama individu dalam perusahaan. Ya, setidaknya itu salah satu alasan diadakannya papakan. Namun aku punya versi lain, alasan mengapa aku selalu menantikan papakan nasional, yaitu:
- Berkesempatan untuk jalan-jalan.
- Silaturahim dengan rekan-rekan seperjuangan dari Aceh hingga Papua.
- Saling tukar cinderamata dari masing-masing daerah.
- Melatih kemampuan berbahasa Inggris.
- Bergosip!
Aku menyukai semua poin di atas, kecuali no. 5. Dengan papakan, aku dapat menjelajahi kota bahkan negara lain yang belum pernah aku sambangi. Meski memang tujuan utamanya adalah papakan, tetap saja senang karena berkesempatan keluar dari Bandung, menjelajahi angkasa, menikmati sensasi menginap di hotel mewah dan jalan-jalan.
Dulu aku bertanya-tanya, apa alasan perusahaan memilih hotel mewah sebagai tempat papakan dan menginap. Rupanya hal itu terjawab setelah aku merasakan langsung bagaimana lelahnya tubuh saat papakan berlangsung. Meski kebanyakan di dalam ruangan, namun lelah fisik dan pikiran menjadi hal yang dialami seluruh karyawan. Maka tak ayal perusahaan memilih hotel mewah sebagai kompensasi dari rasa lelah yang dirasa.
The Westin Resort, Nusa Dua Bali (2015) |
The Venetian Macau (2014) |
The Santosa Villas Lombok (2013) |
Pullman Hotel Bali (2012) |
Papakan juga menjadi sarana untuk bersilaturahim dengan rekan-rekan dari berbagai daerah di Indonesia, dari mulai Aceh hingga Papua. Lucu saat mendengar mereka berceloteh dalam bahasa Indonesia yang bercampur dengan logat daerahnya. Ada juga acara saling menukar oleh-oleh yang sangat aku sukai. Senang tak terkira saat aku bisa menikmati gurihnya rendang asli Padang, bolu Meranti keju dari Medan, sambal pedas Bu Rudy dari Surabaya, amplang dari Kalimantan dan lain sebagainya. Hal ini tentunya semakin menambah keakraban di antara sesama.
Selain itu, aku menganggap bahwa papakan adalah sarana bagiku untuk melatih kemampuan berbahasa Inggris. Hal ini dikarenakan bos-bos besar adalah orang asing. Belum lagi dengan slide presentasi yang semuanya berbahasa Inggris. Hal ini semakin menambah kemampuanku untuk dapat berbicara dalam bahasa Inggris.
Seakan mengingat momen tak terlupakan di dalam pesawat SQ dari Hongkong menuju Jakarta. Pada saat itu aku duduk bersisian dengan Mr. A (pak bos bule). Selama perjalanan, kami berbicara tentang apa saja, dari mulai perusahaan hingga menceritakan momen saat kanak-kanak. Mr. A juga bercerita tentang karirnya yang melesat bak meteor. Usianya baru menginjak awal 30-an dan belum menikah. Tampan sudah pasti, tapi itu tidak sampai membuatku jatuh hati.
Seperti yang kuceritakan di awal, aku begitu menantikan hadiah istimewa yang diberikan seorang kawan dari Kalimantan. Hari pertama di Macau, aku belum berjumpa dengannya karena terlalu asyik keliling The Venetian dan juga papakan per bagian. Bolen keju dan brownies bakar yang kusimpan di koper barangkali sudah mencari tuannya. Besok, aku harus segera bertemu dengan kawan itu dan saling menukar oleh-oleh.
Hingga pada saat bertemu, aku membiarkan dia yang menyerahkan oleh-oleh padaku terlebih dahulu. Dalam bayangan, aku menaksir bahwa tas yang digandengnya berisi amplang yang banyak. Aku menelan ludah. Semoga dia membawa banyak amplang, sehingga ada yang bisa kubawa pulang ke Bandung.
Amplang-nya aku bagi-bagiin sama temen-temen yang lain. Abis, hehe…
Aku diam seribu manyun. Ingin rasanya aku sembunyikan tas plastik berisi brownies dan bolen seraya mengatakan padanya: ‘Sorry ya, oleh-olehnya ketinggalan di Bandung!’Â Namun nyatanya nasi telah menjadi bubur. Sudah kadung ada di depan wajah menyebalkannya, aku harus menyerahkan oleh-oleh itu.
Hehe… Jangan marah dong. Ini aku kasih hadiah istimewa dari Kalimantan.
Gelang Batu Kalimantan |
Itulah gelang batu Kalimantan, hadiah istimewa dari kawanku. Ucap terimakasih kuhaturkan padanya seraya manyun. Rupanya aku belum bisa menerima sikap dia yang tak menyisakan amplang untukku. Ternyata sifat kekanak-kanakan masih mengakar di diriku.
Gelang batu itu berwarna biru muda dengan tambahan bunga dan daun yang menggantung di salah satu sisi gelang. Yang membuat gelang ini unik adalah ada manik gelang yang meliuk seperti sabit, ada pula yang bulat. Ukuran gelang itu besar sehingga longgar di tanganku yang imut. Aku suka dari segi modelnya walau pada akhirnya tidak pernah aku pakai.
Sebagai ganjaran atas ketidaknyamanan dalam hal pertukaran oleh-oleh, aku hanya memberikan brownies pada kawan Kalimantanku ini. Ia nyengir dan aku terbahak-bahak. Lain kali, kamu harus patuhi janji.
Ternyata, ada satu poin yang luput kutuliskan dalam alasan mengapa aku begitu menantikan papakan:
6. Berjumpa dengan kawan dan meninggalkan kesan baik baginya. Karena siapa tahu, waktu tak berpihak untuk saling mempertemukan kembali.