Putih-putih | Gambar diambil oleh Putri |
Saat pertama kali mendengar berita tentang Vlogger Gathering, aku sangat ingin mengikutinya. Bayangkan saja, pasti disana aku akan bertemu dengan blogger-blogger handal dan meraup banyak ilmu. Namun saat mengetahui bahwa acara berlangsung pada hari kerja, aku urung turut serta. Selain itu, salah satu temanku, Sitti Rasuna mengatakan bahwa dirinya tidak bisa ikut. Dua alasan itu sudah cukup bagiku untuk membatalkan niatku mengikuti Vlogger Gathering.
Langsung saja aku klik form pendaftaran dan mengisi semua kolom. Persyaratan untuk daftar ke acara ini adalah memiliki akun Viva Log di Viva.co.id. Aku telah memiliki akun di Viva Log sejak tahun lalu saat mengikuti lomba Why Macau. Setelah proses pendaftaran selesai, aku baru sadar bahwa aku daftar pada detik-detik terakhir!
Keesokan harinya, aku menerima pesan via WhatsApp dari mba Katerina. Beliau mengatakan bahwa aku lolos seleksi untuk mengikuti Vlogger Gathering pada hari Kamis. Aku senang, kaget sekaligus resah. Senang karena berkesempatan bertemu blogger-blogger handal, kaget karena tak menyangka bisa turut serta dalam acara ini, dan resah karena aku tak tahu apakah aku bisa mendapatkan cuti. Nah!
Menuju Pulau Bidadari
Naik Speedboat di Dermaga 17 Pantai Marina |
Deretan Speedboat di Pantai Marian Ancol |
Saudara sekalian. Kita telah tiba di Pulau Bidadari. Tidak ada perbedaan waktu antara Jakarta dan Pulau Bidadari. Pastikan Anda tidak meninggalkan barang bawaan Anda. Terimakasih.
Tidak ada perbedaan waktu? Serasa naik pesawat terbang saja. Dasar Yozh!
Pulau Bidadari Eco Resort
Ada mba Astried disini 🙂 |
Patung yang menyambut kami di Pulau Bidadari |
Kedatangan kami disambut dengan tarian dari para pria berseragam kolonial dengan lagu khas anak pantai yakni Welcome To My Paradise nya Steven And The Coconut Treez.
Tarian penyambutan |
Kenapa cagar budaya? Karena ada Martello!
Ternyata Pulau Bidadari ini menyimpan banyak peninggalan sejarah. Dahulu, pulau ini digunakan sebagai tempat peristirahatan Kerajaan Banten. Namun kemudian pulau ini beralih fungsi sebagai tempat pemantauan dan pertahanan Belanda terhadap Inggris. Hal ini dibuktikan dengan adanya sisa reruntuhan Menara Martello yang dibangun pada tahun 1850. Menara ini berfungsi sebagai gudang persenjataan juga. Martello hancur pada tahun 1853 akibar letusan Gunung Krakatau. Dulu tinggi menara ini mencapat 30 meter, namun kini aku menaksir tingginya sekitar 10 meter. Yang menarik dari menara ini adalah, sampai saat ini para ahli sejarah dan peneliti belum menemukan dimana letak pasti pintu masuk menara ini. Saat berkeliling menara, nyata hanya dinding yang kulihat. Apakah pintu masuk itu telah hilang saat meletusnya Gunung Krakatau?
Reruntuhan Menara Martello |
Menara Martello dan Meriam |
Martello tak hanya dimiliki oleh Pulau Bidadari. Martello dimiliki juga oleh Pulau Onrust dan Pulau Kelor. Namun sayang, Menara Martello di Pulau Onrust telah hancur, sedangkan benteng/menara Martello di Pulau Kelor masih ada. Beberapa waktu yang lalu, aktris Atiqah Hasiholah dan suaminya Rio Dewanto menikah di benteng ini. Epik!
Konon katanya, dahulu ada jalan bawah laut yang menghubungkan Pulau Bidadari dengan Pulau Onrust. Itu dulu! Bayangkan, Indonesia pernah memiliki jalan di bawah laut. Hebat dan mencengangkan! Namun sayang jalan bawah laut itu telah rusak dan tidak ditemukan lagi perlintasannya.
Sejauh mata memandang, aku melihat banyak sekali meriam peninggalan Belanda di Pulau ini. Membayangkan, tempat secantik ini dahulu kala adalah sarana pertahanan dengan pertarungan yang sengit. Selain itu, aku menemukan banyak patung kolonial yang sengaja dibangun oleh pemerintah.
Patung Kolonial |
Meriam |
Selain itu, Pulau Bidadari memiliki program Ayo Ke Laut dan Saung Kreatif bagi para pelajar. Mereka akan diajak telusur pulau untuk memahami sejarah pulau cantik di utara Jakarta ini.
Ada Sarang Elang Bondol di Pulau Bidadari!
Ketenangan pulau Bidadari rupanya menjadi tempat idaman bagi Elang Bondol untuk menetap. Tahu Elang Bondol kan? Elang Bondol adalah maskot Jakarta dan sering sekali terlihat gambarnya di Bus Transjakarta. Beruntung sekali aku menemukan rumahmu, wahai Elang! Aku melihat sarang Elang Bondol di atas pohon di kawasan Martello. Meski begitu, aku tak melihat Elang Bondol di sarangnya.
Ada Rusa, Biawak dan Lumba-Lumba disini!
Luas Pulau Bidadari adalah sekitar 6.5 ha. Tidak begitu luas, namun mampu menampung beragam jenis hewan yang dilindungi. Salah satunya adalah Rusa Totol. Selain itu, ada juga Biawak dan Lumba-Lumba. Untuk menikmati sensasi bermain bersama Lumba-Lumba, ada jam-jam khusus untuk masuk ke arena Fun With Dolphin.
Rusa Totol |
Lumba-Lumba |
Ada Pohon Jodoh, Pantai Jodoh dan Labirin Bidadari
Saung Kreatif Pulau Bidadari
Usai telusur pulau, kami diajak untuk melihat proses daur ulang kertas, pembuatan kompos dan pengolahan air limbah. Ternyata prosesnya mudah sekali. Selain itu, Kang Udung mengatakan bahwa seluruh meubel (meja, kursi, tempat sampah) yang ada di Pulau Bidadari ini dibuat dari sampah kayu yang terapung. Kreatif dan cerdas!
Proses Pembuatan Daur Ulang Kertas |
Pembuatan Kompos |
Fasilitas di Bidadari Ecoresort
Floating Cottage |
Bersama para Vlogger! 🙂 |
Selepas telusur pulau, ada sesi sharing bersama Pak Maryadie selaku Editor in Chief of VIVA.CO.ID. Beliau menjelaskan tentang perubahan yang ada di VIVA, salah satunya dalam hal perubahan trademark. Jika sebelumnya VIVA adalah sebuah portal berita, kini VIVA merubah dirinya menjadi Portal Informasi dan Komunitas.
Sharing diisi dengan tanya jawab dan keluhan beberapa Vlogger mengenai sulitnya login atau memasang iframe VIVA bagi pengguna WordPress. Sebagai langkah penanggulangannya, VIVA menyarankan para vlogger untuk memasang banner VIVA pada sidebar blog. Tentu saja pemasangan banner tidak akan selalu update seperti iframe. Kini, pihak VIVA sedang berusaha untuk menanggulangi masalah tersebut dan membuat iframe khusus untuk wordpress.
Ada pula yang menanyakan perihal keterlambatan VIVA dibanding portal komunitas lain dalam hal gathering antar blogger. Menanggapi hal tersebut, VIVA mengatakan bahwa meski terlambat, namun VIVA berbeda. Jika portal komunitas yang lain mengharuskan pembaca hanya membaca di website portal tersebut, tidak demikian dengan VIVA. Pembaca akan digiring menuju blog masing-masing vlogger sehingga dengan demikian, traffic pengunjung blog akan meningkat.
Selain itu, Mas Des dari VIVA juga menambahkan bahwa kedepannya akan dibuat profil dan history vlogger di masing-masing akun VIVA.CO.ID. Tak hanya itu, akan dibuat pula sebuah jejaring untuk komunikasi antar vlogger. Ini asyik sekali!
Disebutkan pula bahwa akan ada BOM atau Blogger of The Month. Kriteria penilaiannya bisa berbeda-beda. Namun yang jelas, yuk submit terus artikelmu ke VIVA! 🙂
Sharing dilanjutkan dengan pemaparan dari DR. H. Agus Rochiyardi, MM (direktur utama PT. Seabreez Indonesia) tentang pariwisata Indonesia. Pemaparan dibuka dengan tantangan kepariwisataan di Indonesia. Saat ini, Indonesia menduduki peringkat ke-7 dalam deretan Top Destinations Asia Pacific. Pak Agus juga menjelaskan bahwa negeri ini belum sepenuhnya mampu memajukan sektor pariwisata di Indonesia, padahal negerti ini punya segalanya. Pak Agus meminta kepada seluruh blogger yang hadir untuk terus mempromosikan keindahan wisata Indonesia ke khalayak ramai.
Vlogger Gathering kali ini membekali diriku dengan beragam macam ilmu, antara lain:
- Mengenal lebih dekat tentang wisata sejarah di Pulau Bidadari
- Mengenal lebih dalam keindahan pulau di gugusan kepulauan seribu
- Mendapat ilmu (khususnya dalam hal blogging) dari blogger-blogger handal
- Mendapat pertemanan yang lebih luas lagi dengan rekan-rekan sesama blogger
- Lebih mengerti akan potensi dunia menulis dalam mempromosikan wisata Indonesia.
Bersama Evrina Budiastuti 🙂 |
Kembali ke Ancol
Pulau Kelor |