Putih-putih | Gambar diambil oleh Putri

Saat pertama kali mendengar berita tentang Vlogger Gathering, aku sangat ingin mengikutinya. Bayangkan saja, pasti disana aku akan bertemu dengan blogger-blogger handal dan meraup banyak ilmu. Namun saat mengetahui bahwa acara berlangsung pada hari kerja, aku urung turut serta. Selain itu, salah satu temanku, Sitti Rasuna mengatakan bahwa dirinya tidak bisa ikut. Dua alasan itu sudah cukup bagiku untuk membatalkan niatku mengikuti Vlogger Gathering.

Tapi entah apa pasal. Pada hari Minggu tanggal 12 April 2015 -saat aku sedang asyik-asyiknya berkicau tentang konser Jazz di ITB-, aku menemukan kicauan Viva Log tentang Vlogger Gathering. Tiba-tiba saja aku tertarik dan berniat untuk mendaftarkan diri ke acara ini. Aku sungguh lupa dengan dua alasan tadi.

Langsung saja aku klik form pendaftaran dan mengisi semua kolom. Persyaratan untuk daftar ke acara ini adalah memiliki akun Viva Log di Viva.co.id. Aku telah memiliki akun di Viva Log sejak tahun lalu saat mengikuti lomba Why Macau. Setelah proses pendaftaran selesai, aku baru sadar bahwa aku daftar pada detik-detik terakhir!

Keesokan harinya, aku menerima pesan via WhatsApp dari mba Katerina. Beliau mengatakan bahwa aku lolos seleksi untuk mengikuti Vlogger Gathering pada hari Kamis. Aku senang, kaget sekaligus resah. Senang karena berkesempatan bertemu blogger-blogger handal, kaget karena tak menyangka bisa turut serta dalam acara ini, dan resah karena aku tak tahu apakah aku bisa mendapatkan cuti. Nah!

Aku harus BISA mendapatkan cuti. Ini adalah kesempatan yang baik bagiku untuk meraup banyak ilmu dalam dunia blogging dan bertemu blogger-blogger handal. Acara ini adalah aset dan aku tak mau tidak mengikuti acara ini gegara tidak boleh cuti.
Maka sungguh Allah Maha Baik. Puji syukur bahwa cuti sudah kugenggam dengan erat dan aku bisa mengikuti Vlogger Gathering di Pulau Bidadari. Betapa ini adalah kebahagiaan bagiku, seorang blogger pemula yang haus akan ilmu dan pertemanan.

Menuju Pulau Bidadari

Seorang teman berbaik hati mengantarku menuju Dermaga 15 Pantai Marina Ancol. Saat tiba, kulihat beberapa orang berkaos putih nampak sudah duduk-duduk manis di Lounge Marina. Aku menerka, mereka adalah peserta Vlogger Gathering sama seperti aku. Karena kami diwajibkan untuk memakai kaos berwarna putih.
Sebelum pergi menuju Pulau Bidadari, aku menikmati secangkir teh tawar panas di Lounge Marina dan berbincang dengan rekan sesama blogger. Ada dua orang yang sangat ingin aku temui hari itu, yakni Defi Laila Fazr dan Evrina Budiastuti. Keduanya telah berperan banyak dalam meningkatkan semangatku untuk menulis.
Aku berhasil menemukan Kak Defi dan berbincang dengannya. Tapi aku belum berjumpa dengan Mba Evrina. Di antara 40 blogger yang turut serta di Vlogger Gathering ini, yang manakah engkau Mba Evrina?
Naik Speedboat di Dermaga 17 Pantai Marina
Di Dermaga Pantai Marina, kita tidak akan menemukan kapal kayu sebagai alat transportasi penghubung pulau. Yang ada disini hanyalah speedboat, baik milik pribadi maupun perusahaan. Di seberang dermaga, kulihat deretan rumah super mewah yang berdiri dengan kokohnya. Aku menduga pemilik rumah tersebut memiliki speedboat yang parkir dengan manis di dermaga ini.
Deretan Speedboat di Pantai Marian Ancol
Rombongan Vlogger Gathering naik speedboat bernama Bidadari Express 9 dari Dermana 17 menuju Pulau Bidadari. Perjalanan menuju Pulau Bidadari hanya memakan waktu 20 menit dari Pantai Marina. Sungguh dekat!
Speedboat Bidadari Express 9 ini memiliki kursi penumpang yang nyaman. Selain itu, tingkat keamanan di speedboat ini tinggi dan memiliki asuransi. Perjalanan menuju dan selama di Pulau Bidadari dipandu oleh Yozh Aditya yang sangat kocak.

Saudara sekalian. Kita telah tiba di Pulau Bidadari. Tidak ada perbedaan waktu antara Jakarta dan Pulau Bidadari. Pastikan Anda tidak meninggalkan barang bawaan Anda. Terimakasih.

Tidak ada perbedaan waktu? Serasa naik pesawat terbang saja. Dasar Yozh!

Pulau Bidadari Eco Resort

Setibanya di Pulau Bidadari, aku dibuat kagum dengan pemandangan yang aku lihat. Hanya 20 menit dari Jakarta, kita bisa melihat pulau dengan pasir putih dan air laut yang jernih. Selain itu, aku tak menemukan sampah sama sekali di pulau ini.
Ada mba Astried disini 🙂
Patung yang menyambut kami di Pulau Bidadari

Kedatangan kami disambut dengan tarian dari para pria berseragam kolonial dengan lagu khas anak pantai yakni Welcome To My Paradise nya Steven And The Coconut Treez.

Tarian penyambutan
Setelah disambut oleh tarian yang menggelikan -setidaknya menurutku-, kami diajak telusur pulau Bidadari oleh guide bernama Kang Udung. Beliau mengatakan bahwa Pulau Bidadari adalah kawasan ecowisata sekaligus cagar budaya.

Kenapa cagar budaya? Karena ada Martello!

Ternyata Pulau Bidadari ini menyimpan banyak peninggalan sejarah. Dahulu, pulau ini digunakan sebagai tempat peristirahatan Kerajaan Banten. Namun kemudian pulau ini beralih fungsi sebagai tempat pemantauan dan pertahanan Belanda terhadap Inggris. Hal ini dibuktikan dengan adanya sisa reruntuhan Menara Martello yang dibangun pada tahun 1850. Menara ini berfungsi sebagai gudang persenjataan juga. Martello hancur pada tahun 1853 akibar letusan Gunung Krakatau. Dulu tinggi menara ini mencapat 30 meter, namun kini aku menaksir tingginya sekitar 10 meter. Yang menarik dari menara ini adalah, sampai saat ini para ahli sejarah dan peneliti belum menemukan dimana letak pasti pintu masuk menara ini. Saat berkeliling menara, nyata hanya dinding yang kulihat. Apakah pintu masuk itu telah hilang saat meletusnya Gunung Krakatau?

Reruntuhan Menara Martello
Menara Martello dan Meriam

Martello tak hanya dimiliki oleh Pulau Bidadari. Martello dimiliki juga oleh Pulau Onrust dan Pulau Kelor. Namun sayang, Menara Martello di Pulau Onrust telah hancur, sedangkan benteng/menara Martello di Pulau Kelor masih ada. Beberapa waktu yang lalu, aktris Atiqah Hasiholah dan suaminya Rio Dewanto menikah di benteng ini. Epik!

Konon katanya, dahulu ada jalan bawah laut yang menghubungkan Pulau Bidadari dengan Pulau Onrust. Itu dulu! Bayangkan, Indonesia pernah memiliki jalan di bawah laut. Hebat dan mencengangkan! Namun sayang jalan bawah laut itu telah rusak dan tidak ditemukan lagi perlintasannya.

Sejauh mata memandang, aku melihat banyak sekali meriam peninggalan Belanda di Pulau ini. Membayangkan, tempat secantik ini dahulu kala adalah sarana pertahanan dengan pertarungan yang sengit. Selain itu, aku menemukan banyak patung kolonial yang sengaja dibangun oleh pemerintah.

Patung Kolonial
Meriam

Selain itu, Pulau Bidadari memiliki program Ayo Ke Laut dan Saung Kreatif bagi para pelajar. Mereka akan diajak telusur pulau untuk memahami sejarah pulau cantik di utara Jakarta ini.

Ada Sarang Elang Bondol di Pulau Bidadari!

Ketenangan pulau Bidadari rupanya menjadi tempat idaman bagi Elang Bondol untuk menetap. Tahu Elang Bondol kan? Elang Bondol adalah maskot Jakarta dan sering sekali terlihat gambarnya di Bus Transjakarta. Beruntung sekali aku menemukan rumahmu, wahai Elang! Aku melihat sarang Elang Bondol di atas pohon di kawasan Martello. Meski begitu, aku tak melihat Elang Bondol di sarangnya.

Ada Rusa, Biawak dan Lumba-Lumba disini!

Luas Pulau Bidadari adalah sekitar 6.5 ha. Tidak begitu luas, namun mampu menampung beragam jenis hewan yang dilindungi. Salah satunya adalah Rusa Totol. Selain itu, ada juga Biawak dan Lumba-Lumba. Untuk menikmati sensasi bermain bersama Lumba-Lumba, ada jam-jam khusus untuk masuk ke arena Fun With Dolphin.

Rusa Totol
Lumba-Lumba

Ada Pohon Jodoh, Pantai Jodoh dan Labirin Bidadari

Pulau Bidadari seringkali dijadikan sebagai tempat honeymoon dan pengambilan gambar untuk pre-wedding. Bahkan di Pulau ini terdapat pantai dan pohon jodoh. Konon katanya, pasangan yang menghabiskan waktu di tempat itu akan langgeng. Aku dan kawan yang lain tersenyum saja.
Tak jauh dari pohon jodoh, kita akan memasuki Labirin Bidadari. Namun rupanya labirin ini singkat sekali. Meski begitu, sesaat setelah melewati labirin, kita akan disuguhi pemandangan 2 pulau tetangga dari Pulau Bidadari yakni Pulau Onrust dan Pulau Kahyangan.

Saung Kreatif Pulau Bidadari

Usai telusur pulau, kami diajak untuk melihat proses daur ulang kertas, pembuatan kompos dan pengolahan air limbah. Ternyata prosesnya mudah sekali. Selain itu, Kang Udung mengatakan bahwa seluruh meubel (meja, kursi, tempat sampah) yang ada di Pulau Bidadari ini dibuat dari sampah kayu yang terapung. Kreatif dan cerdas!

Proses Pembuatan Daur Ulang Kertas
Pembuatan Kompos

Fasilitas di Bidadari Ecoresort

Pulau Bidadari memiliki 60 cottage, di antaranya ada yang terapung. Selain itu, ada pula Resto Pulau Bidadari, water sport, lapangan futsal, makeup room, mushola, kolam renang dan lainnya.
Floating Cottage
Di Pulau ini, kita bisa merasakan sensasi bermain bersama lumba-lumba (Fun With Dolphin), memberi makan rusa (Feeding Deer), wisata pulau sejarah dan water sport. Bayangkan, itu semua ada di Pulau Bidadari!
Sharing Bersama Viva.Co.Id dan Seabreez

Bersama para Vlogger! 🙂

Selepas telusur pulau, ada sesi sharing bersama Pak Maryadie selaku Editor in Chief of VIVA.CO.ID. Beliau menjelaskan tentang perubahan yang ada di VIVA, salah satunya dalam hal perubahan trademark. Jika sebelumnya VIVA adalah sebuah portal berita, kini VIVA merubah dirinya menjadi Portal Informasi dan Komunitas.

Sharing diisi dengan tanya jawab dan keluhan beberapa Vlogger mengenai sulitnya login atau memasang iframe VIVA bagi pengguna WordPress. Sebagai langkah penanggulangannya, VIVA menyarankan para vlogger untuk memasang banner VIVA pada sidebar blog. Tentu saja pemasangan banner tidak akan selalu update seperti iframe. Kini, pihak VIVA sedang berusaha untuk menanggulangi masalah tersebut dan membuat iframe khusus untuk wordpress.

Ada pula yang menanyakan perihal keterlambatan VIVA dibanding portal komunitas lain dalam hal gathering antar blogger. Menanggapi hal tersebut, VIVA mengatakan bahwa meski terlambat, namun VIVA berbeda. Jika portal komunitas yang lain mengharuskan pembaca hanya membaca di website portal tersebut, tidak demikian dengan VIVA. Pembaca akan digiring menuju blog masing-masing vlogger sehingga dengan demikian, traffic pengunjung blog akan meningkat.

Selain itu, Mas Des dari VIVA juga menambahkan bahwa kedepannya akan dibuat profil dan history vlogger di masing-masing akun VIVA.CO.ID. Tak hanya itu, akan dibuat pula sebuah jejaring untuk komunikasi antar vlogger. Ini asyik sekali!

Disebutkan pula bahwa akan ada BOM atau Blogger of The Month. Kriteria penilaiannya bisa berbeda-beda. Namun yang jelas, yuk submit terus artikelmu ke VIVA! 🙂

Sharing dilanjutkan dengan pemaparan dari DR. H. Agus Rochiyardi, MM (direktur utama PT. Seabreez Indonesia) tentang pariwisata Indonesia. Pemaparan dibuka dengan tantangan kepariwisataan di Indonesia. Saat ini, Indonesia menduduki peringkat ke-7 dalam deretan Top Destinations Asia Pacific. Pak Agus juga menjelaskan bahwa negeri ini belum sepenuhnya mampu memajukan sektor pariwisata di Indonesia, padahal negerti ini punya segalanya. Pak Agus meminta kepada seluruh blogger yang hadir untuk terus mempromosikan keindahan wisata Indonesia ke khalayak ramai.

Vlogger Gathering kali ini membekali diriku dengan beragam macam ilmu, antara lain:

  1. Mengenal lebih dekat tentang wisata sejarah di Pulau Bidadari
  2. Mengenal lebih dalam keindahan pulau di gugusan kepulauan seribu
  3. Mendapat ilmu (khususnya dalam hal blogging) dari blogger-blogger handal
  4. Mendapat pertemanan yang lebih luas lagi dengan rekan-rekan sesama blogger
  5. Lebih mengerti akan potensi dunia menulis dalam mempromosikan wisata Indonesia.
Seperti yang telah kusinggung di permulaan, aku sangat ingin berjumpa dengan Evrina Budiastuti. Nama beliau kerap kali kubaca dalam pengumuman pemenang lomba blog. Blogger ini hebat dan aku sangat ingin belajar dari beliau. Dan di vlogger gathering inilah aku berjumpa. Lucunya kami baru berkenalan saat gathering akan berakhir sesaat lagi. Padahal dalam perjalanan telusur pulau sebelumnya, kami sudah bertatap muka. Dasar ya 🙂
Bersama Evrina Budiastuti 🙂
Acara ditutup dengan pemberian hadiah lomba Twitpict dan doorprize berupa uang, voucher maupun tiket gratis banana boat. Aku tak mendapatkan hadiah sama sekali. Maka setengah jam waktu yang tersisa di pulau ini aku manfaatkan untuk mengunjungi Menara Martello kembali bersama rekan vlogger yang cantik yakni Kak Defi. Asyik sekali rasanya memotret Martello dalam kondisi kosong melompong, tak ada orang sama sekali. Beruntungnya lagi, kami berdua bisa masuk ke kawasan Fun With Dolphin. Akhirnya aku mencicipi juga bagaimana rasanya mencium dan dicium Unggul, nama lumba-lumba di Pulau Bidadari. Kisah detailnya akan kuceritakan dalam postingan berikutnya ya 🙂

Kembali ke Ancol

Sunset menemani perjalanan kami kembali ke Ancol. Sebelum pulang, speedboat membawa kami untuk berlayar ke tiga pulau tetangga Pulau Bidadari, yakni Pulau Onrust, Pulau Kahyangan dan Pulau Kelor. Akhirnya aku melihat benteng tempat menikah Atiqah Hasihola itu. Hoho!
Pulau Kelor
Puji syukur kepada Allah yang telah memberikan kesempatan ini padaku. Ucapan terimakasih juga terhatur kepada VIVA.CO.ID dan SEABREEZ yang telah memfasilitasi perjalanan kami selama di Pulau Bidadari. Oya ini adalah kali kedua aku jalan-jalan bersama VIVA.CO.ID. Tahun lalu ke Macau dan kali ini ke Pulau Bidadari. Aku semakin jatuh hati saja kepada VIVA. Selain karena diberikan kesempatan berkelana secara gratis, VIVA membantu sekali untuk menaikkan jumlah traffic pengunjung di blog para vlogger.
Terimakasih ya VIVA! Aku padamu… 🙂

You might also enjoy:

Leave A Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *