هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَجَعَلَ مِنْهَا زَوْجَهَا لِيَسْكُنَ إِلَيْهَا ۖ فَلَمَّا تَغَشَّاهَا حَمَلَتْ حَمْلًا خَفِيفًا فَمَرَّتْ بِهِ ۖ فَلَمَّا أَثْقَلَتْ دَعَوَا اللَّهَ رَبَّهُمَا لَئِنْ آتَيْتَنَا صَالِحًا لَنَكُونَنَّ مِنَ الشَّاكِرِينَ
Dialah yang menciptakan kamu dari jiwa yang satu (Adam) dan darinya Dia menciptakan pasangannya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah dicampurinya, (istrinya) mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian ketika dia merasa berat, keduanya (suami-isteri) bermohon kepada Allah, Tuhan mereka (seraya berkata), “Jika Engkau memberi kami anak yang shaleh, tentulah kami akan selalu bersyukur.”

Penggalan ayat ke-189 Surat Al-A’raf tersebut merupakan doa, juga harapan untuk dikaruniai anak yang shaleh. Bahwa untuk memiliki anak yang shaleh diperlukan senjata berupa doa, harap dan amal kebaikan yang tak pernah putus dari kedua orang tua.

Memasuki usia kehamilan 26 minggu, janinku semakin aktif menggeliat dalam rahim. Selalu ada senyum dan bahagia saat melihat perut ini bergerak lucu nan lincah. Anakku, sedang apa gerangan kau di alam rahim? Ibu sudah sedemikian cintanya padamu, meski Ibu belum melihatmu. Selalu ada desiran hangat dalam hati, juga kubangan air mata saat Ibu mengingatmu. Segala puji bagi Allah yang telah memberi kesempatan pada Ibu untuk mengandungmu sayang.

Kehamilan pertama ini, harus kulalui tanpa suami. Namun segala bentuk rindu dan sedih ini harus ditepis sedikit demi sedikit, sebab aku dan janinku harus bahagia. Tapi siapalah aku ini. Aku bukanlah wanita hebat yang mampu menyimpan segala bentuk rasa sedih dengan apik. Tetap saja aku sering menangis, namun sebisa mungkin tangisan ini terjadi saat aku bermunajat kepada-Nya. Sebab hanya Dia sebaik-baik tempat mengadu.

Suamiku, ayah dari anak-anakku, selalu mengingatkan untuk senantiasa membaca doa untuk kebaikan janin kami. Ikhtiar kami adalah berdoa, melakukan kegiatan yang manfaat, juga menghindari hal negatif yang dapat membuat hati kotor. Memang, aku tak dapat mengendalikan faktor luar yang menyapaku dan janinku. Tapi aku dapat mengendalikan diriku, dengan keyakinan pada Rabb, berharap semoga Dia menguatkanku dalam menghadapi setiap kejadian manis maupun pahit selama aku mengandung. Pada-Nya aku berdoa supaya janin yang kukandung dapat menjadi anak yang shaleh, tumbuh sehat, memiliki organ sempurna, terpapar hal yang baik dan aku sebagai ibunya mampu mendidiknya dengan baik.

رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ
Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk anak yang shaleh
 
Shaleh sering diartikan baik secara spiritual. Namun jika ditinjau lebih jauh, makna shaleh ternyata sangatlah luas. Tak hanya berarti baik dalam ketaatan pada Allah, tapi shaleh juga meliputi kebaikan raga, jiwa serta intelektual. Seperti yang disampaikan oleh Ust, Adi Hidayat dalam ceramahnya terkait konsep mendidik anak dalam Al-Qur’an. Disebutkan bahwa ada 5 kata baik yang tersebut dalam Al-Qur’an, yaitu :

  1. Thayib yang berarti baik kondisi fisik dan jiwanya
  2. Khair berarti baik sifatnya
  3. Ma’ruf berarti baik sikapnya
  4. Ihsan berarti orang beriman yang berlaku baik dan semua amalannya untuk Allah SWT
  5. Shaleh berarti kebaikan yang meliputi keempat hal di atas
Masya Allah.
Menjadi hamba yang shaleh adalah ikhtiar sepanjang hidup. Bagi seorang manusia, perjalanan hidup di alam dunia ini dimulai dengan proses kehamilan. Adalah tugas orang tua untuk mendoakan serta mendidik anak untuk menjadi anak yang shaleh dan menghadapi segala rupa kejadian yang ditawarkan dunia.
Catatan ini adalah sebagai pengingat. Bahwa ada amanah besar yang sedang kukandung. Semoga Allah senantiasa menguatkan, mengingatkan untuk selalu bahagia demi kebaikan janin, memampukan aku dan suami untuk selalu berserah pada-Nya dalam mendidik anak-anak kami kelak.

Bismillah. Mohon doakan kami ya teman-teman. Mari sama-sama saling mengingatkan dalam kebaikan 🙂

You might also enjoy:

Leave A Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *