Tuhan selalu punya cara unik untuk memanja hambaNya. Saat aku ingin menjadi seorang yang pandai menulis, Ia tunjukkan padaku bacaan yang indah. Ia juga mendekatkanku pada orang-orang yang pandai menulis. Dengan cara itulah aku belajar. Membaca, membaca, membaca. Membuka ruang pertemanan yang selebar-lebarnya dengan para penulis.

Tuhan juga selalu punya kejutan untuk memanja hambaNya. Di bulan November 2014, aku terpilih menjadi salah satu pemenang kompetisi menulis Holiday is Lombok Sumbawa. Pemenang berhak mengikuti workshop menulis dan jalan-jalan ke Lombok. Aku sumringah.

Inilah kado indah di bulan November, bulan kelahiranku. Kado terindah yang kudapat atas usahaku sendiri, atas restu Tuhan. Rasanya aku ingin sekali bertanya pada Tuhan. Pertanda apakah ini?

Menulis untuk ‘Holiday is Lombok Sumbawa’

Info tentang kompetisi menulis Holiday is Lombok Sumbawa kudapat dari laman facebook Lalu Abdul Fatah, penulis Travelicious Lombok dan pendiri Lombok Backpacker. Aku langsung tertarik mengikuti lomba tersebut karena para pemenang berkesempatan mengikuti World Travel Writers Gathering di Lombok. Ini berarti para pemenang akan berkumpul dengan para travel writer dari berbagai negara.

Berbulan-bulan keinginan untuk menulis di kompetisi tersebut kusimpan rapi di note -jika tidak ingin disebut lupa-. Hingga akhirnya aku diingatkan kembali oleh Imazahra, pendiri Muslimah Backpacker. Ya, aku HARUS ikut kompetisi ini. Namun kemudian muncul kebingungan, hendak menulis apa tentang Lombok?

Lombok memiliki banyak wisata untuk diceritakan. Dari mulai gili-gili yang sangat indah, air terjun yang menawan, Rinjani yang kokoh, budaya Sasak hingga kuliner yang kentara akan pedas. Sungguh, menulis tentang Lombok itu tidak akan ada habisnya.

Setelah berpikir panjang, akhirnya aku memilih satu topik tentang Lombok yang hendak aku tulis: wisata syar’i. Lombok terkenal dengan budaya islam, hal ini terbukti dengan banyaknya masjid dan pesantren. Mengumpulkan referensi tulisan tentang budaya syar’i di Lombok tidak terlampau sulit karena aku pernah merasakan denyut nadi Islam di pulau ini. Selain itu, dengan sedikit tambahan informasi dari internet, aku mulai menulis.

Maka menulislah aku di detik-detik terakhir masa perlombaan. Rasa senang memenuhi hatiku saat menulis tentang Lombok. Betapa pulau ini begitu indah dengan warisan budaya yang memukau. Tulisan ini selesai dalam satu malam namun aku merasa belum puas. Ada rasa takut bila tulisanku ada yang salah. Maka dengan sengaja aku mengirim link tulisanku kepada mas Fatah dan mas Duta Here, tujuannya agar mereka mengevaluasi tulisanku.

Tulisan terbaik di ‘Holiday is Lombok Sumbawa’

Kabar baik itu datang saat matahari tepat berada di atas langit. Sabtu itu nampak lebih cerah saat kubuka email dan membaca kabar baik itu.

Selamat, anda terpilih sebagai salah satu dari tiga peserta terbaik dalam kompetisi menulis yang diadakan oleh Lombok Sumbawa World Travel Writers Gathering.

Ucap syukur terucap dari mulutku. Aku sangat senang tulisanku diapresiasi dengan baik oleh tim penilai. Ada 3 tulisan terbaik yang terpilih, yaitu Lombok: Wisata Dalam Balutan Budaya Syar’i oleh Zahra Rabbiradlia, Melihat Permainan “Feeding Frenzy” Secara Nyata oleh Adi Nugraha dan Pulau Moyo, Mahal? Kata Siapa? oleh Lulu Wulandari.

Selain itu, ada pula tiga orang yang terpilih sebagai foto terbaik dalam Holiday is Lombok Sumbawa. Mereka adalah Wanda, Rifqi dan mas Adi Wiratmo. Kami berenam berhak mengikuti workshop Travel Documentary bersama Yudasmoro, Barry Kusuma dan Sutiknyo Tekno Bolang serta jalan-jalan di Lombok. Betapa ini adalah kesempatan yang baik untuk mengembangkan passion-ku.

Workshop Travel Documentary

Sedari pukul 6 pagi, aku telah bersiap-siap untuk mengikuti workshop di Hotel Jayakarta. Aku juga telah berkemas karena harus pindah tempat menginap, dari Hotel Ratih Mataram ke Hotel Jayakarta Senggigi. Kulihat kamar Rifqy dan mas Barry Kusuma masih gelap. Kenapa mereka tidak segera bergegas? Bukankah workshop dimulai pukul 8 pagi?
Ternyata, workshop dimulai pukul 10 pagi dan kami baru dijemput menuju hotel Jayakarta Senggigi pukul 9. Betapa aku telah menghiraukan ucapan mas Teguh tadi malam, sehingga aku tak tahu jam berapa workshop dimulai.

Setibanya di Hotel Jayakarta Senggigi, aku langsung menjuju ruang Gili Trawangan. Ruangan ini berkapasitas sekitar 30 orang. Saat workshop, aku duduk bersisian dengan Lulu, temanku yang berasal dari Sumbawa dan mas Adi Nugraha dari Jakarta. Sedang Rifqi ada di depan duduk bersisian dengan kang Insan, orang Sunda yang tinggal di Mataram. Aku belum melihat Wanda dan mas Adi Wiratmo, sepertinya mereka belum datang.

Lulu banyak bercerita tentang Sumbawa dan itu cukup membuat hatiku berdesir-desir ingin mengenal Sumbawa lebih jauh. Lulu bekerja di Universitas Teknologi Sumbawa, sebuah universitas yang terbilang baru namun telah menorehkan prestasi di dunia internasional. Lulu juga ingin menerbitkan buku tentang Sumbawa… segera! Aku diliputi bangga pada Lulu, semoga impiannya segera tercapai.

pin Holiday is Lombok Sumbawa

Mas Yudasmoro menjadi pemateri pertama workshop. Ia adalah editor Majalah Panorama dan penulis buku Travel Writer. Tak banyak orang tahu, sebelum menjadi penulis dan editor hebat seperti sekarang, mas Yudas adalah seorang karyawan. Dulu ia pernah bekerja di bank, perusahaan asuransi dan pernah menjadi manajer restoran. Namun pada satu titik ia memutuskan berhenti dan fokus menulis. Sebuah keberanian yang harus dibayar dengan jerih payah di awal namun manis pada akhirnya. Hanya orang-orang yang berani mengambil resiko yang mau seperti itu.

Yudasmoro

Mas Yudas banyak memberikan contoh tulisannya yang dibuat di berbagai majalah terkenal seperti Panorama Magazine dan Garuda Magazine (sekarang Colours). Membaca tulisan mas Yudas ibarat makan ayam taliwang: rasanya gurih, enak dan nendang. Pemilihan diksi dan daya imajinasi mas Yudas benar-benar memikat pembaca. Ini bukan orang sembarangan!

Tips menulis dari Mas Yudas yang penting kita lakukan adalah:

  • Give the readers at least one character.
  • Aspek-aspek detail jangan luput dituliskan.
  • Banyak ambil foto.
  • Menyandingkan budaya daerah tertentu dengan gaya sekarang. Contoh: saat mas Yudas menulis tentang wayang potehi (wayang Tionghoa), mas Yudas menyandingkan wayang potehi dengan unyil.
  • Mendeskripsikan kata ‘dingin’ dan ‘enak’ dengan bahasa lain yang lebih detail. (Tears are words that need to be written -Paulo Coelho-)
Contoh tulisan mas Yudas yang gurih adalah sebagai  berikut:

“PEMBEBASAN POTEHI’ – yudasmoro.net

Berbentuk boneka mirip Si Unyil, Wayang Potehi tampil dengan karakter Cina yang sangat kuat. Pakaian ala ksatria Kaisar, mata sipit, rambut panjang dikuncir seperti pendekar kungfu dan bahkan panggung pun sarat dengan ornamen khas Tionghoa. Jika Si Unyil punya Pak Raden, Usro dan Ucrit, Potehi punya Sam Kok, Kaisar Lie Sie Bien dan Su Po Tong.

“KE JAKARTA AKU ‘KAN KEMBALI” 
Published: Panorama Magazine, September 2014

Diumpat jutaan orang setiap harinya karena kemacetan yang parah, namun di saat bersamaan ketika dihadapkan pada opsi untuk hengkang dari ibukota berusia 487 tahun ini, rata-rata menolak dengan berbagai alasan.

Selain itu, mas Yudas mengatakan bahwa bagus menulis di blog belum tentu bagus menulis di majalah. Untuk itu, ia aktif mengajak peserta untuk mulai menulis di media.

Workshop dilanjutkan oleh mas Barry Kusuma, penulis 15 Destinasi Wisata Terbaik di Indonesia. Ia mengisi materi tentang travel photoblogger dan social media. Materi ini sangat penting bagiku karena aku ingin bisa mengambil foto dengan baik.

Barry Kusuma

Materi dibuka dengan penjelasan mengenai pentingnya social media saat ini. Mas Barry menjelaskan bahwa penting bagi seorang blogger atau penulis untuk memiliki akun socmed lebih dari satu. Penting bagi kita untuk memiliki Path, meski ini adalah microsocial media yang jumlah pertemanannya dibatasi, dengan share tulisan atau foto di path, teman atau keluarga yang ada dalam friend list kita akan repath atau share tersebut pada yang lain.

Penting juga bagi kita untuk share tulisan di Facebook, baik timeline kita sendiri maupun grup. Bagikan pula tulisan kita di Google plus karena secara otomatis tulisan kita akan terdeteksi di Google Search. Jangan lupakan twitter sebagai sarana untuk share tulisan kita, juga Viva Log karena dengan begitu traffic pengunjung blog meningkat. Bagikan hasil foto kita di Instagram dan mulailah menggunakan kaskus sebagai sarana untuk membagikan tulisan kita karena Kaskus adalah socmed paling efektif di Indonesia.

Tips bagi para blogger untuk meng-insert foto di blog adalah:

  • Resize foto menjadi 700 pixel
  • Save di photoshop kualitas foto menjadi 70%
  • Resize dpl jadi 72
  • Beri watermark

Di workshop ini aku benar-benar diracuni oleh mas Barry. Entah berapa kali mas Barry mengucapkan kata mirrorless. Betapa kamera itu akan menjadi sasaranku setelah mengikuti sesi travel photoblogger ini.

Untuk menjadi seorang travel photoblogger yang baik, foto yang kita ambil harus memiliki konten yang menarik dan sudut pandang yang positif. Baiknya share hasil foto kita secara berkala ke socmed, dan saat sedang traveling lakukan livetweet. Seorang travel blogger jangan sampai gaptek.

Jika kita hendak menjual foto ke koran/majalah, baiknya kita membeli dulu majalah sasaran kita karena tiap majalah memiliki cita rasa dan angel yang berbeda. Hal ini juga berlaku jika kita ingin mengirim tulisan ke majalah. Kemudian, jangan jadikan lomba sebagai hal yang utama. Lomba digunakan untuk mengasah kemampuan kita.

Bagaimana cara memotret dengan baik? Jawabannya adalah motret lagi… lagi… lagi… lagi… Everyday is motret!

Workshop dilanjutkan dengan materi tentang Travel Videography oleh Sutiknyo Tekno Bolang. Selama mas Sutiknyo menyampaikan materi, kami disuguhi video tentang Indonesia yang sungguh menawan. Silakan subscribe: LostpackerVideo

Sutiknyo Tekno Bolang

Tak hanya disuguhi oleh tampilan video yang memukau, telinga kami pun disuguhi oleh kata-kata ‘mantan’ selama Tekno Bolang mengisi materi. Maka selama workshop berlangsung, mata ini basah tak hanya oleh keindahan Indonesia yang ditampilkan dalam video, namun juga karena tawa yang melebihi standar akibat kelucuan dari mas Tekno Bolang ini.

Ketiganya telah menumbuhkan kecintaan pada kami akan pentingnya mendokumentasikan tulisan dalam sebuah perjalanan. Manfaat menulis, memotret dan membuat video dalam perjalanan adalah banyak, menyentuh hati banyak orang dan menambah khazanah keilmuan.

Aku ingin seperti mereka bertiga, dan kami para peserta telah terilhami. Betapa ini adalah pengalaman yang baik. Maka teruslah menulis, teruslah memotret, teruslah mendokumentasikan perjalanan dan teruslah berbagi ilmu.

Ikatlah ilmu dengan menuliskannya. -Sayyidinia Ali Bin Abi Thalib-

You might also enjoy:

2 Comments

Leave A Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *