Semakin dewasa saya sadar bahwa pernikahan bukan melulu soal happily ever after. Pernikahan tidak selalu dihiasi dengan kebahagiaan. Ada proses adaptasi dengan pasangan yang acapkali menimbulkan pertengkaran. Ada juga kekecewaan karena nyataannya pasangan kita tidaklah sehebat yang diharapkan. Untuk itulah mengapa pernikahan disebut sebagai ibadah. Sabar, ikhlas dan toleransi menjadi kunci sehatnya pernikahan.
Telah banyak kisah tentang pernikahan yang saya dengar. Ada yang bahagia, ada yang sedih dan ada yang tidak memperdulikan. Semakin dewasa, hidup memperlihatkan bahwa pernikahan bisa membawa manusia pada dua gerbang kehidupan : semakin baik atau semakin buruk. Maka benar adanya nasihat itu.
Pilih pasangan hidupmu dengan bijak. Perhatikan fisik, agama, akhlak, keluarga dan caranya bersosialisasi. Apakah sifatnya kau sukai? Apakah hatimu yakin padanya?
Dalam hidup, ada 3 fase kritis manusia dalam menjelang dan menjalani Quarter Life Crisis :
- Krisis ketika menentukan pendidikan
- Krisis ketika menentukan profesi dalam pekerjaan
- Krisis ketika menentukan pasangan hidup
Pilihan yang kita ambil dalam 3 fase kritis tersebut akan membawa dampak besar dalam hidup kita seterusnya. Pada setiap keputusan yang diambil, kita harus siap dengan segala konsekuensinya. Namun ingat. Bila keputusan yang kita ambil di masa lalu tidak membuat hidup menjadi lebih baik, janganlah menyesalinya. Pahami keadaan dan petik pelajaran pentingnya.
Ada yang dimudahkan, ada yang harus melalui jalan berkelok nan penuh kerikil untuk menemukan pasangan hidup. Ada yang setelah menikah menjadi lebih bahagia, ada yang beban hidupnya semakin bertambah.
Teringat kisah seorang kawan tentang hidupnya yang penuh kepedihan setelah menikah. Tak baik saya menuliskannya di sini. Namun pesan penting yang perlu kita ketahui bersama adalah : jumlah waktu yang kita habiskan untuk mengenali calon pasangan, belum tentu menjamin pengetahuan dan pemahaman karakter pasangan secara utuh.
Ada yang setelah menikah hidupnya penuh kebahagiaan. Misal saja kisah cinta kawan lama saya yang seperti Cinderella. Ia dipinang oleh anak dari pemilik salah satu perusahaan di Malaysia, tempat Ia dulu bekerja sebagai TKI ilegal. Kisah cintanya begitu romantis. Kawan saya ini memutuskan untuk kabur dan kembali ke Indonesia karena takut akan statusnya yang ilegal. Ternyata, putra pemilik perusahaan itu mencarinya hingga ke pelosok Kab. Bandung. Mencarinya untuk menikahinya. Hingga kini, kehidupannya penuh kebahagiaan dan sudah dikaruniai anak.
Saya ingin mengatakan bahwa : Pernikahan bisa merubah kehidupan seseorang, bahkan hingga 180 derajat. Pernikahan bisa membawamu pada impian, juga bisa menguburkan impianmu. Tergantung bagaimana sikap pasangan kita, komunikasi kita dengan pasangan dan sikap toleransi. Untuk itulah visi dan misi saat proses perkenalan penting untuk diutarakan.
180 derajat, setelah ada anak akan lebih seru lagi :p
Insya Allah selalu ada kebahagiaan setelah menikah
Mba Lidya :*
Iya benar ^_^
Iya MAS! 😀
Aku lagi nonton Full House (untuk pertama kali ;'( *selamainikemanaja), dan pas baca postingan Ijaah, aku merasa ada sesuatu yang nyambung. Hehe
Yang utama banyak doa karena pernikahan itu banyak kejutan. :))
Syok! Aku nonton Full House lagi SMA, padahal gak suka Korea juga 😀
Nyambung bagaimana Sof? Ah kayaknya aku meluncur ke blogpost kamu aja ya
Iya ya mba :')
Setuju banget sama postingan ini. Semoga jodohmu kelak membawa kebahagiaan, Mbak Cantik 🙂
Aamiin... Mba Taro juga ^^
Bismillah semoga cepet nikah hahaha
Maacih MasTor 😀
pfff.... keren banget ini .... ^^ jadi pengen cepet nikah 😀 hehhe
Hohoho. Segerakan aja kalau udah ada calon 😀
Aamiin 🙂
Aamiin. Semangat ya 🙂
You're welcome!
Pernikahan itu perjalanan dan perjuangan yang panjang, termasuk ibadah panjang juga, harus punya stock extra sabar dalam menghadapinya karena dalam perjalanannya banyak kejutan-kejutan.