Alkisah, ada satu tempat yang jadi sumber kehidupan bagi populasi yang hidup di bumi. Tempat itu sangat elok, dipenuhi rimbun pohon yang menyejukkan, habitat bagi aneka flora fauna. Di sana, burung seakan tak henti bernyanyi dalam naungan langit biru yang menjingga. Bisik angin-nya, aduhai, amat mesra mendayu-dayu. Belum lagi dengan sejuknya udara karena melimpahnya oksigen yang dihadirkan pepohonan rimbun. 

Sayangnya, tempat elok itu kini sedang merintih. Manusia-manusia di sekitarnya seakan acuh, amat tega menguras kekayaan alam tanpa memedulikan kelestariannya. Kalau-lah suatu hari nanti tempat itu rusak, bumi perlahan-lahan bisa hancur. Perubahan iklim dunia jadi semakin drastis, populasi hewan dan vegetasi tanaman kian menurun. Ujung-ujungnya, kerusakan ini memorak-porandakan tatanan ekonomi global. Lihat, betapa pentingnya tempat itu, sehingga ia layak dijuluki paru-paru dunia. 

Kalian tahu, tempat itu tak lain dan tak bukan adalah hutan Indonesia. Di momen Kemerdekaan Republik Indonesia ke-77 dan Hari Hutan yang jatuh pada tanggal 7 Agustus, saatnya kita berefleksi tentang sejauh mana langkah kita dalam melindungi hutan. Sebagai pihak yang diamanahi Illahi, kerusakan ini hanya manusia yang mampu obati. Kini, sudah saatnya manusia memaksimalkan perannya sebagai pemegang kendali, demi bumi yang lebih lestari. 

Hutan, Sang Penjaga Bumi

Ceritaku bersama hutan memang bisa dihitung jari. Semasa Pramuka dulu, aku pernah masuk ke hutan liar di kawasan Kabupaten Bandung dan melakukan kegiatan pandu di dalamnya. Aku ingat betul, pepohonan di hutan itu begitu rimbun dengan ragam vegetasi tanaman yang belum pernah kulihat sebelumnya. Ketika berkesempatan menyambangi Baduy Dalam, aku bahkan melihat ada banyak sekali jamur langka yang memancarkan cahaya ketika malam hari. Saat itu aku sadar bahwa dunia avatar itu nyata! Perempuan baduy bahkan tidak mengenal skincare, kecuali itu disediakan oleh hutan. Cukup dengan daun honje, kulit perempuan baduy sudah putih dan mulus sempurna. Memang benar, sesuatu yang muncul dari alam itu adalah yang terbaik sebab diberikan langsung oleh Tuhan. Dan hutan, menjaga itu semua.

 

Setelah beranjak dewasa, aku lebih sering masuk ke dalam hutan lindung dan konservasi untuk mempelajari ekosistem yang ada di sana. Hutan konservasi terakhir yang aku sambangi adalah Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan (KKMB) atau yang lebih sering disebut sebagai Hutan Mangrove Tarakan. Tempatnya yang berada di pusat kota memang riuh dengan pengunjung setiap saat. Namun jangan salah, keberadaan pengunjung di sana dijaga betul agar tidak mengganggu bekantan, satwa endemik yang merupakan kera langka khas Kalimantan, yang hilir mudik di jajaran pohon tinggi berusia puluhan bahkan ratusan tahun.

Untuk menyusuri hutan ini, pengunjung dapat menapaki kayu ulin berbentuk jembatan di kawasan ini. Selain menjadi paru-paru kota Tarakan, Hutan Mangrove ini berfungsi sebagai pelindung dari abrasi.

 

Kalimantan memang identik dengan hutannya yang luas. Ketika di atas pesawat, hamparan hutan nan luas dengan liukan sungai panjang nampak begitu indah menyejukkan mata. Maka tak salah, keberadaan hutan Kalimantan memang penting bagi kehidupan milyaran manusia, juga flora fauna di seantero bumi. Hutan Kalimantan tak hanya paru-paru Indonesia, tapi juga dunia. Maka itu keberadaannya harus kita jaga sebab jika bukan oleh kita, siapa lagi?

Kekayaan Hutan Indonesia

Secara umum, persebaran hutan di bumi dipengaruhi beberapa faktor seperti perubahan iklim, tinggi permukaan tanah, dan sifat tanah. Atas dasar itulah, hutan terbagi menjadi beberapa jenis. Ada hutan hujan tropis yang memiliki keanekaragaman hayati dan merupakan penghasil oksigen terbesar. Jenis hutan ini tersebar di wilayah ekuator, serta memiliki curah hujan dan tingkat kelembapan yang tinggi. Ada juga hutan boreal yang tumbuh di iklim dingin seperti Rusia dan Kanada. Hutan ini memiliki karakteristik dangkal, asam, dan miskin unsur hara. Selain itu, ada pula hutan iklim sedang, hutan sabana, hutan stepa, hutan mangrove, dan masih banyak lainnya.

Jika menilik data terakhir yang dirilis Food and Agriculture Organization (FAO) pada tahun 2018, Rusia menjadi negara pemilik hutan terluas di dunia (hutan boreal) dengan luas hutan sebesar 22 persen dari total area hutan dunia. Jumlah ini diikuti oleh Brazil dan Kanada, sedangkan Indonesia sendiri berada di peringkat delapan. Namun bila mengerucut pada raihan data hutan hujan tropis, Indonesia yang berada di lintang garis khatulistiwa menempati posisi ke-3 sebagai negara dengan hutan tropis terluas di dunia. Ini mengukuhkan posisi Indonesia disebut sebagai paru-paru dunia.

Keberadaan hutan hujan tropis Indonesia amat penting bagi ekosistem global karena merupakan rumah terbaik bagi varietas flora fauna, menstabilkan iklim dunia, sumber obat-obatan dan makanan, menyokong kehidupan suku pedalaman, melindungi dari banjir, erosi dan kekeringan. Hutan hujan memiliki banyak spesies karena terletak di lintang ekuator sehingga banyak energi matahari yang terserap oleh tumbuhan untuk proses fotosintesis. Selain itu, struktur kanopi hutan hujan menyediakan tempat yang nyaman bagi flora fauna untuk hidup.

Berdasarkan data yang dirilis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2021, luas lahan berhutan Indonesia adalah 95,6 juta hektare atau senilai 50,9% dari total daratan Indonesia. Dari nilai itu, seperempatnya (46,9 juta hektare) merupakan hutan primer atau hutan yang belum pernah dieksploitasi manusia, sejumlah 23% (43,1 juta hektare) merupakan hutan sekunder, dan 2,9% (5,4 juta hektare) hutan tanaman. Luas lahan hutan ini mayoritas ada di Pulau Kalimantan, Papua, dan Sumatera. Sedangkan luas non-hutan Indonesia adalah 92,1 juta hektare.

Luas Daratan Indonesia
Lahan hutan 50.9%
Lahan Non-Hutan 49.1%

Melihat data ini, kita masih bisa sedikit bernapas lega karena setidaknya luas lahan berhutan Indonesia masih lebih besar dari non hutan. Menurut Dirjen Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan KLHK, Ruanda AS, nilai tersebut amat berperan dalam mewujudkan cita-cita Indonesia menurunkan emisi gas rumah kaca. Meski begitu, perbedaan angka yang tipis ini perlu ditanggapi serius. Jika lengah sedikit, persentasi lahan hutan bisa disalib oleh lahan non-hutan akibat aktifitas deforestasi oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.

Untuk luas hutan lindung, Indonesia menempati urutan ke-2 hutan lindung terluas di dunia setelah Brazil. Laporan Global Forest Resources Assessment 2022 yang dirilis FAO mencatat, luas kawasan hutan lindung Indonesia mencapai 51,7 juta hektare atau menyumbang 7% dari total area hutan lindung global. Posisi Indonesia masih di atas Venezuela yang menyumbang 6%, serta Amerika Serikat yang menyumbang 4%. Persentasi ini semakin menguatkan posisi Indonesia sebagai paru-paru dunia sebab hutan lindung amat bermanfaat untuk menjaga ekosistem seperti penyerapan air hujan, mencegah bencana alam, serta melindungi flora dan fauna. 

#IndonesiaBikinBangga. Hutan Indonesia kaya akan biodiversitas flora fauna. Indonesia punya lebih dari 350.000 jenis fauna yang terdiri dari 250.000 serangga (20% serangga di dunia ada di Indonesia), 500 jenis mammalia, 4.000 jenis ikan, 1.600 jenis burung, 2.000 jenis reptilia (24% dari jenis reptil global), 1.000 jenis amfibi, 800 jenis mamalia, dan hewan invertebrata lain. Jenis flora di Indonesia kurang lebih sebanyak 25.000 jenis atau lebih dari 10% jenis tumbuhan di seluruh dunia, seperti pohon, perdu, rumput, parasit, anggrek, kerabat liar buah-buahan, dan lainnya. Para peneliti memperkirakan jumlah keanekaragaman hayati yang ditemukan ini baru sekitar 10 persen dari jumlah yang ada. Oleh karenanya para peneliti dari Pusat Riset Biologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) terus menjelajahi hutan, pegunungan, dan lembah untuk mengungkap biodiversitas Indonesia.

Upaya para peneliti BRIN rupanya membuahkan hasil. Hingga akhir 2021, peneliti mencatat ada 88 penemuan spesies baru di Indonesia, 75 spesies fauna dan 13 spesies flora. Sebagian besar spesies baru ini merupakan endemik dari lokasi penemuannya. Kepala Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Hayati (OR-IPH) BRIN, Iman Hidayat mengatakan bahwa Indonesia merupakan memiliki kekayaan biodiversitas terbesar di dunia karena ditemukan banyak flora fauna endemik. Oleh karena itu, Indonesia adalah tuan rumah bagi banyak spesies langka di muka bumi ini, seperti komodo, tarsius, bekantan, maleo, jalak bali, harimau sumatera, pohon pelangi, bunga raflesia, dan masih banyak lainnya.

Selain rumah bagi flora fauna, hutan Indonesia adalah rumah bagi ribuan suku adat yang ada di Indonesia. Sebut saja Suku Baduy di Banten yang menolak modernisasi, Suku Dayak Punan yang dikenal sebagai penjaga hutan rimba, Suku Kubu di hutan Sumatera, suku Togutil yang berpindah-pindah di hutan Maluku Utara, Suku Mentawai, Suku Anak Dalam, Suku Asmat, dan masih banyak suku lain yang tinggal di hutan. Keberadaan suku adat pedalaman juga merupakan upaya pelestarian hutan. Dengan menjaga hutan, berarti masyarakat suku adat terjaga. Dengan melindungi suku adat, hutan pun terjaga.

Ancaman Bagi Hutan Indonesia

Meski kaya akan keanekaragaman hayati, bukan berarti hutan Indonesia bebas dari jeratan ancaman dari oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Justru karena kekayaan inilah, para investor yang tidak bertanggung jawab melihat Indonesia sebagai lahan bisnis yang paling menguntungkan. Mereka berlomba-lomba melakukan alih fungsi lahan menjadi perkebunan, pertanian, dan pemukiman warga demi kantongnya sendiri, tanpa memperhatikan kelestarian alam. Metode yang dilakukan untuk deforestasi pun tak kalah mengerikan, seperti pembakaran hutan dan penebangan pohon liar.

Pemerintah sudah melarang kegiatan illegal logging dan perambaan hutan, tapi masih saja banyak masyarakat dan pihak industri yang melakukannya. Keseluruh aktivitas itu menyebabkan tanah hutan menjadi tandus dan sulit menahan cadangan air. Selanjutnya bisa ditebak, banjir, longsor, polusi udara niscaya pasti terjadi. Bahkan menurut laporan terbaru dari IQAir 2021, Indonesia menempati peringkat ke-1 sebagai negara paling berpolusi di Asia Tenggara. Sungguh, ini adalah raihan yang tidak bisa dibanggakan.

Kebakaran yang mengancam hutan bisa diakibatkan oleh manusia ketika melakukan deforestasi, atau disebabkan karena iklim bumi yang kian memanas sehingga memantik api pada daun dan ranting di hutan. Aktivitas ini menyumbang emisi karbon sehingga memperparah kondisi bumi. Merujuk data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), emisi karbon di Indonesia pada 2021 imbas dari karhutla saja mencapai 41,4 juta ton. Itu baru dari karhutla, belum dari yang lain. Penumpukan sampah dan serangan hama pun menjadi ancaman bagi hutan. Ketika sampah menahan kemampuan tanah untuk menyerap air, juga hama yang merusak siklus hidup pohon di area hutan.

Ancaman-ancaman tersebut menimbulkan dampak buruk yang mengancam kehidupan makhluk di bumi, tak terkecuali manusia sebagai pelaku kerusakan hutan. Dampak buruk itu antara lain pemanasan global, kepunahan masif flora fauna, rusaknya ekosistem darat dan air, terganggunya siklus air, terjadi bencana alam (banjir, longsor, kekeringan, dan abrasi), menimbulkan penyakit bagi manusia, peningkatan polusi udara, dan mengganggu siklus perekonomian karena berkurangnya sumber daya alam.

Bencana karhutla dan illegal logging di Indonesia selalu terjadi di sepanjang tahun. Aktivitas ini tentu merugikan masyarakat, negara, dan bumi. Perlu adanya upaya pencegahan dan penanggulangan agar hutan kita terjaga dan pulih kembali. Jangan sampai kita tak peduli. Sebab hanya kita, manusia, yang mampu mengobati.

Menjaga Alunan Simfoni Hutan

Upaya menjaga hutan adalah tanggung jawab bersama. Pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat, harus satu suara dalam rangka menjaga hutan agar tetap lestari dengan pengelolaan hutan berkelanjutan. Ada banyak upaya yang bisa kita lakukan, baik itu yang dilakukan secara mandiri maupun berkelompok. Untuk memulainya, mari kita lakukan pertama-tama dari rumah. 

Dari rumah, kita bisa mulai menerapkan gaya hidup zero waste dengan metode 7R. Pertama, recycle yakni memanfaatkan barang bekas untuk dijadikan produk baru. Misalnya kertas daur ulang, membuat kompos, dan lain sebagainya. Kedua, reuse yakni menggunakan kembali barang yang ada untuk tujuan lain. Misalnya membuat mainan anak dari kardus bekas. Ketiga, reduce atau mengurangi konsumsi sampah dengan cara membawa kantung belanja sendiri, membawa wadah, sendok, atau sedotan sendiri ketika akan jajan di luar, memilih untuk belanja secara luring, dan lain sebagainya. Keempat, replace yakni mengganti pemakaian plastik dengan bahan lain yang lebih mudah terurai. Misalnya mengganti kantong plastik dengan kantong dari bambu, kertas, atau daun. Kelima, replant yakni menanam kembali pohon dengan cara berkebun di rumah. Keenam, refill yakni mengisi ulang wadah yang dipakai seperti minyak, sabun, sampo, dan lainnya. Ketujuh, repair yakni melakukan perawatan terhadap barang berbahan dasar plastik agar tidak cepat rusak.

Setelah itu, cobalah untuk memilah sampah untuk dikelompokkan sesuai jenisnya. Sampah plastik, dipisahkan dengan sampah non-plastik, sampah kertas, sampah dapur, dan sampah botol. Bila sudah, kita bisa meminta bantuan kepada perusahaan pengelola sampah yang saat ini mulai banyak di Indonesia. Di negara-negara maju, pengelompokkan sampah ini disesuaikan dengan hari. Sehingga ketika sampai sampai di TPA, pengolahan sampah bisa dilakukan dengan lebih efektif karena sudah dikelompokkan. Langkah lain yang bisa kita lakukan dari rumah adalah merawat pohon dengan cara berkebun di rumah, menanam bibit pohon, menjaga pohon dari kerusakan, atau melakukan adopsi pohon.

Untuk skala nasional, pemerintah telah melakukan banyak kebijakan demi kelestarian hutan. Beberapa di antaranya adalah kebijakan moratorium pemanfaatan lahan hutan, pelarangan aktivitas deforestasi, membuat instruksi tentang perlindungan satwa liar, penegakkan hukum bagi mafia hutan, konservasi hutan, restorasi lahan gambut, rehabilitasi hutan, perlindungan spesies langka, dan mengembangkan investasi hijau.

Upaya pemerintah tercermin dalam kerjasama KLHK dengan USAID dalam Program Indonesia Rendah Karbon dari Pengelolaan Kehutanan dan Lahan Lainnya (FoLu Net Sink) yang merupakan langkah percepatan untuk mencapai penyerapan karbon bersih yang ditargetkan Indonesia pada tahun 2030. Pemerintah juga mengeluarkan instruksi No: INS.1/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2022 tentang Perlindungan Satwa Liar Atas Ancaman Penjeratan dan Perburuan di Dalam dan di Luar Kawasan Hutan.

Penerapkan investasi hijau juga dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional. Investasi hijau sendiri merupakan langkah akurat demi terciptaya ekonomi yang berkelanjutan. Berbeda dengan business as usual yang hanya memikirkan keuntungan semata, investasi hijau menyasar dua hal, yakni financial return dan positive impact. Dengan demikian tak hanya keuntungan yang didapat, tapi juga perputaran ekonomi di masa depan.

Investasi hijau hanya melirik pada perusahaan atau investor yang berkomitmen pada konservasi SDA sehingga pelestarian hutan dan pengurangan emisi karbon dapat lebih cepat dicapai. Investasi hijau merupakan cerminan dari Perjanjian Paris 2015 yang berisi komitmen negara anggota dalam pembatasan laju pemanasan global di bawah 2 derajat. Dalam Presidensi G20 Indonesia tahun 2022 ini, Indonesia sebagai tuan rumah punya taring kuat untuk mengembangkan investasi hijau.

Ikut merayakan hari hutan yang jatuh setiap tanggal 7 Agustus pun merupakan sebuah langkah untuk menjaga hutan. Tema Hutan Kita Sultan tahun ini diharapkan jadi pemantik masyarakat khususnya anak muda untuk lebih peduli hutan Indonesia, serta mendorong Hari Hutan Indonesia diresmikan pemerintah. Perayaan ini juga sebagai momentum untuk terus mengawasi tren penurunan tutupan hutan yang terus berlanjut agar target iklim Indonesia dan Kebijakan FoLU Net Sink 2030 bisa tercapai. 

Pengelolaan hutan berkelanjutan juga dapat dilakukan dengan pengakuan negara terhadap masyarakat adat dan hutan. Hutan dan masyarakat adat adalah dua entitas yang tak bisa dipisahkan, keduanya membentuk kearifan lokal yang melahirkan kelestarian hutan. Melalui berbagai aturan adat yang membentuk harmonisasi antara alam dan manusia, hutan dapat terjaga. Misalnya tentang masyarakat Desa Adat Sangeh yang hanya boleh mengambil buah, ranting, dan daun yang sudah jatuh ke tanah. Atau Suku Asmat yang memilah kayu besi yang sudah benar-benar layak untuk diukir agar roh-roh leluhur tetap memberi keberuntungan kepada mereka.

“Hutan adalah makanan kami, air adalah darah kami, dan batu-batuan adalah tulang kami,” ucap masyarakat suku adat Marena di Kabupaten Sigi. Masyarakat adat tidak mungkin merusak hutan karena hutan dan segala isinya adalah penopang hidup mereka. Penjagaan terhadap hutan juga merupakan simbol penghormatan manusia terhadap alam.

Terakhir, mari dengarkan lagu #DengarkanAlamBernyanyi. Sebuah karya yang dihadirkan sebagai pengingat bahwa kesatuan alunan nada hutan adalah yang sesungguhnya dibutuhkan oleh manusia. Semua langkah tersebut dilakukan semata #UntukmuBumi

Mari Dengarkan Alam Bernyanyi

Untuk memperingati Hari Hutan 2022 dengan tema #HutanKitaSultan dan sebagai bagian dari #TeamUpForImpact, mari jadi bagian dalam menjaga sejuknya bumi dengan mendengarkan lagu Dengarkan Alam Bernyanyi karya Laleimanino, Chicco Jerikho, Hivi!, dan Sheila Dara Aisha di platform musik seperti Spotify, Apple Music, dan Youtube. Semakin banyak yang mendengarkan, semakin banyak royalti yang dihasilkan.

Sebagian royalti lagu ini akan didonasikan ke https://hutanitu.id/donasi/pg/DengarAlamBernyanyi untuk konservasi dan restorasi hutan Indonesia. Hal ini dilakukan demi mencegah bumi dari dampak perubahan iklim yang semakin parah. Donasi yang terkumpul akan disalurkan untuk pembiayaan partoli penjaga hutan mitra Hutan Itu Indonesia.

Lirik lagu:

Bila kau ada waktu, lihat aku di sini. Indah lukisan Tuhan. Merintih ingin kau kembali. Beri cintamu lagi.//Bila kau jaga aku, ku jaga kau kembali. Berhentilah mengeluh ingat kau yang pegang kendali. Kau yang mampu obati.//Sudikah kau kembali. Pandanglah indahnya biru yang menjingga. Simpanlah gawaimu hirup dunia. Sambutlah mesranya bisik angin yang bernada. Dengar alam bernyanyi.//

Bila kau lelah. Dengan panasnya hari. Jagalah kami. Agar sejukmu kembali.//Bersatulah hajar selimut polusi. Ingatlah hai wahai kau manusia. Tuhan menitipkan aku. Hoo di genggam tanganmu.//

Gunakan telinga hati.//Cobalah dengar nyanyian kami.//Bayangkanlah hidupmu.//Bila tak ada kami.//

Biarkan alam tetap bernyanyi dengan alunan dan simfoninya yang alami. Sebagai pemegang kendali, sudah saatnya manusia beraksi dengan menjaganya agar tetap lestari. Jika bukan kita, siapa lagi?

Sumber artikel:
– hutanitu.id
– https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/01/13/indonesia-miliki-kawasan-hutan-lindung-terluas-ke-2-di-dunia
– https://www.goodnewsfromindonesia.id/2021/08/01/inilah-10-negara-pemilik-hutan-terluas-di-dunia-bagaimana-posisi-indonesia
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/02/07/berapa-luas-lahan-berhutan-indonesia-pada-2020#:~:text=Luas%20Lahan%20Berhutan%20Indonesia%20(2020)&text=Dari%20jumlah%20itu%2C%20seluas%2046,ha%20(49%2C1%25)
https://www.indonesia.go.id/kategori/keanekaragaman-hayati/4169/ditemukan-88-spesies-baru-indonesia?lang=1
https://www.indonesia.go.id/kategori/seni/218/anugerah-dari-hutan-indonesia?lang=1
https://lindungihutan.com/blog/9-dampak-kerusakan-hutan-bagi-manusia/
 
Olah grafis oleh Zahra Rabbiradlia

20 Comments on Dengarkan Alam Bernyanyi: Sebuah Alunan Simfoni Hutan Indonesia

    Farida Pane
    August 18, 2022

    Asyik ya tinggal di daerah yang masih banyak hutannya. Semoga lagu ini mampu membangkitkan kembali kesadaran masyarakat akan pentingnya peran hutan.

    1
    0
      Zahra Rabbiradlia
      August 25, 2022

      Yup, Mba. Semoga kita senantiasa menjaga hutan dengan hidup lebih hijau 🙂

      0
      0
    Dian Sariwati
    August 17, 2022

    Masya Allah .. begitu kayanya Indonesia ... maka sepatutnya kita bersyukur kepada yg Maha Kuasa atas anugrah ini , dengan merawat dan menjaganya ...

    0
    0
      Zahra Rabbiradlia
      August 25, 2022

      Alhamdulillah, Ibu 🙂

      0
      0
    winda - dajourneys.com
    August 19, 2022

    cita-citaku mba, kalau sudah tua nanti pengennya pindah ke kampung, bercocok tanam aja, udah pusing sama kemacetan dan polusi di kota

    0
    0
      Zahra Rabbiradlia
      August 25, 2022

      Semoga tercapai ya teh. Jangan lupa skincare an terus ya teh haha.

      0
      0
    Nabilla - Bundabiya.com
    August 19, 2022

    iya mba, pesan pada lagu itu baguss banget aku pun sukaa.. jarang2 ada lagu yang memberi pesan mendalam dan relate banget sama keseharian kita yang penat dengan pekerjaan serta gadget di tangan

    0
    0
      Zahra Rabbiradlia
      August 25, 2022

      Iya, nadanya enak, liriknya jleb banget. emang laleimanino itu kalau bikin lagu selalu terasa dekat.

      0
      0
    Sovi Nur Wakhidah
    August 20, 2022

    Tiap dengar berita kebakaran hutan aku sedih banget. Itu memang sengaja dibakar biar jadi lahan terbuka dan dialih fungsikan sama perusahaan. Anehnya aku nggak pernah dengar ada berita tertangkapnya pelaku pembakaran tersebut.

    Mari jaga kelestarian bumi sama-sama, Mbak. Ikut senang kalau kita putar lagu Dengar Alam Bernyanyi bisa berkontribusi untuk konservasi hutan Indonesia. Semoga makin banyak yang dengar lagunya.

    0
    0
      Zahra Rabbiradlia
      August 25, 2022

      Itu dia, Mba. Makanya regulasi itu harus bener2 kita kawal. Jangan sampai ada pihak berwenang di balik kerusakan ini 🙁

      0
      0
    Demia
    August 20, 2022

    Lirik lagunya bagus banget emang ini yaaa, lagunya juga asik nih padahal aku baru denger hihi, mau kirim ke keponakan aku juga ah laginyaaa

    0
    0
      Zahra Rabbiradlia
      August 25, 2022

      Boleh banget mba. Easy listening banget. Anak2 pasti cepet hapal

      0
      0
    Ida Tahmidah
    August 20, 2022

    Aku suka banget dengan lagu Dengar Alam Bernyanyi ini mba... mengingatkan banget ya.... selain isinya bagus musiknya juga enak didengar

    0
    0
      Zahra Rabbiradlia
      August 25, 2022

      Iya Teh Ida 🙂

      0
      0
    lendyagassi
    August 20, 2022

    Indahnyaa..
    Hutan Indonesia dan divisualisasikan kembali oleh kak Zahra.
    Semoga dengan kampanye melalui lagu "Dengar Alam Bernyanyi" kita semua terutama generasi muda bisa lebih aktif menjaga lama ini agar tetap lestari dan menjadi warisan generasi berikutnya.

    0
    0
      Zahra Rabbiradlia
      August 25, 2022

      Aamiin. Makasih doanya teh Lendy 🙂

      0
      0
    Arda Sitepu
    August 20, 2022

    Kehadiran hutan menjadi penting apalagi berkaitan dengan nafas dunia. Sumber daya alam juga sangat membantu berbagai kehidupan. Btw saya suka lagu dengarkan alam bernyanyi ini mbak.

    0
    0
      Zahra Rabbiradlia
      August 25, 2022

      Sama donk mba Arda 😉

      0
      0
    Nimas Achsani
    August 21, 2022

    Salah satu doaku, semoga setiao hari jumlah pohon yg ditanam dan tumbuh juga semakin banyak. Karena sedih aja kalau bayangin nanti luas lahan hutan makin kecil 🙁

    0
    0
      Zahra Rabbiradlia
      August 25, 2022

      Aamiin. Semoga kita bisa terus berkontribusi untuk menjaga hutan ya mba

      0
      0

Leave A Comment