Selain berkuda, olahraga sunnah yang saya lakukan di Daarus Sunnah adalah memanah. Ini adalah pertama kalinya saya memegang busur panah asli dan ternyata berat hoho. Pelatih memanah ini adalah seorang atlet wanita yang namanya lagi-lagi saya lupa -_-. Entah telah terjadi apa dengan daya ingat saya.
Sebelum memulai latihan memanah, pelatih memperkenalkan nama dari setiap bagian busur panah. Ia juga mengatakan bahwa anak panah yang digunakan untuk memanah di dalam dan di luar ruangan itu berbeda. Untuk memanah di luar ruangan, anak panah yang digunakan adalah yang kecil. Hal ini dikarenakan hambatan di luar lebih besar, karena adanya angin.
Kami dibagi menjadi 5 kelompok yang nantinya dipertandingkan. Sebelum memegang busur panah, kami melakukan senam memanah. Setelah itu, kami baru diperkenankan memegang busur.
Pada percobaan memanah, beberapa teman kesulitan saat menarik anak panah. Hal itu ditandai dengan pergelangan tangan yang tidak lurus, juga tidak menempelnya tangan ke dagu. Saya sendiri tidak mengalami kesulitan itu. Hanya saja saya kurang sabar dan fokus pada saat melemparkan anak panah, sehingga anak panah terbang tak tentu arah. Melihat itu, saya hanya bisa tertawa. Menertawai ketidaksabaran saya.
Kali pertama memanah dan gagal -_- |
Rasulullah Muhammad SAW dan juga Umar bin Kaththab pernah menganjurkan agar kita mengajarkan 3 hal kepada anak kita, yatu berenang, berkuda dan memanah. Makna hadits itu secara lahiriah memang sesuai dengan konteks zaman itu. Namun untuk zaman ini, bisa jadi secara lahiriah makna hadits tersebut gugur (terutama berkuda dan memanah), namun makna batinnya tidak.
Hikmah memanah adalah mendidik anak untuk fokus terutama pada energi minimalnya yang bisa menjadi pembuka langkah awal menuju dharma atau misi hidupnya yang sebenarnya. Misi hidup yang menjadi amanah setiap individu saat diutus ke dunia ini.
Energi minimal itu semacam bayangan jati diri individu. Suatu kemampuan utama yang dimiliki seseorang yang mengalir mudah ketika mengerjakan sesuatu. Orang malah bisa kerja keras siang malam namun tidak merasa sedang bekerja susah payah. Setiap orang memiliki energi minimal, sehingga ada yang mudah mendalami filsafat, ekonomi, bahasa dan lain sebagainya.
Menurut hemat saya, hikmah memanah yang disampaikan Pak Alfathri Adlin di atas adalah melatih fokus pada passion atau bisa dikatakan bakat yang diberikan Tuhan kepada setiap individu. Atau bisa jadi melatih fokus kepada Yang Maha agar kita mengetahui dan melakukan misi yang diturunkan. Atau bisa juga fokus pada hal yang ingin kita mahir dalam melakukannya.
Untuk teman-teman yang ingin latihan memanah dan berkuda, berikut adalah informasinya :
Update 30 Oktober 2015 |
Bagi perempuan yang ingin mengikuti program Muslimah Academy, informasinya ada di Instagram @mudamulia. Selain memanah dan berkuda, sebelumya akan ada kajian muslimah dan muhasabah di Daarut Tauhid.
Untuk kalian yang sejak dulu ingin sekali memanah dan berkuda, segera daftarkan diri di tempat ini. Semoga menyenangkan dan salam fokus! 🙂
cewek kalau memanah lucu juga yah jadinya..
wah keren diajarin manah, mbak mbak zahra ini orangnya kidal yah?
Aku juga pengen belajar memanah. Hihihi. Seru kayaknya. Berat yaa itu busurnya *kemudian termenung*
Hah enggaaakkk... Kenapa beranggapan aku kidal? 😀
dan tinggi busurnya setinggi badankuuu -___-
Waah senangnya ^^ alhamdulillah berkesempatan menimba ilmu di sana. Semoga berkah ya 🙂
Alhamdulillah 🙂