The Power of Mind. Begitu kata orang. Pada saat kita berpandangan atau bersikap A, alam akan menyusun sistem dan bala bantuan agar kita ditunjukkan pada tanda-tanda yang menghantarkan kita pada jalan A. Pada saat aku membuka hati dan pandangan untuk menempuh jalan yang diberkahi-Nya, Tuhan berikan tanda-tanda, juga kebaikan yang datang tiba-tiba.

Aku sudah dalam tahap keukeuh untuk menempuh jalan ta’aruf dalam memilih calpas atau calon pasangan hidup. Sebab, hendak pacaran selama apapun, kita tidak akan pernah bisa mengenal sifat asli pasangan secara mendalam. Ta’aruf itu kaya beli kucing dalam karung, begitu kata segelintir orang. Ah, memang kamu yakin kalau pacaran bisa sukses menghantarkanmu mengetahui pasangan secara mendalam?

Aku bilang, tidak. Memang ta’aruf juga menjamin? Belum tentu juga. Tapi setidaknya aku sudah memilih jalan aman bagi keimanan dan hatiku. Maklum, hati perempuan macam aku ini mudah galau. Jadi lebih aman mengenal calpas dengan jalan ta’aruf.

Malam hari yang tenang. Aku yang sedang ngaso sembari menulis Solilokui : Edisi Jomblo, tiba-tiba dikejutkan oleh pertanyaan dan pesan penting dari teman semasa kecilku via BBM.

Teh Zahra, gimana kabarnya? Teteh punya tips khusus memilih calpas. Mau gak?

Jawabannya pasti IYA. Selanjutnya, deretan kalimat yang disampaikan temanku begitu melegakan dan menentramkan, bak oase di tengah padang pasir.

TIPS MEMILIH CALPAS
(Sumber : Ibu Ely Risman)
  1. Lihat pola asuh orang tua calon pasangan. Caranya : perhatikan cara dia berkomunikasi dengan ortunya.
  2. Harus tahu bagaimana cara calpas marah.
  3. Bicarakan tentang poligami, bagaimana menurutnya.
  4. Bicarakan tentang poligami sebelum menikah. Katakan pada calpas bahwa saya mempersilakan calpas poligami. Ingin punya istri 4, silakan. Agama tidak melarang poligami. Tapi tegaskan padanya bahwa saya tidak ingin masuk ke dalam deretan 4 istri itu. Setelah menikah dan sebelum mempunyai anak, yakinkan calpas dengan hal ini lagi.
  5. Sebelum menikah, minimal 1 kali mengikuti SEKOLAH menjadi orang tua.

Aku bersolilokui

Rabbi, terimakasih atas segala hamparan karunia dan bala bantuan yang Kau berikan pada-Ku. Begitu banyak orang yang sayang padaku, memberi aku petuah yang baik, menasihati langkah dan mengingatkanku bila salah. 

Aku akan terus belajar untuk menjalani hidup ini dengan cara-Mu. (ingatkan aku bila menyimpang, Rabb) Menikah bukan perkara suka sama suka. Ada nilai ibadah yang sangat tinggi dan tanggung jawab yang besar dalam pernikahan.

Aku harus bisa bersinergi dengan pasanganku, sehingga kami akan seirama dalam membentuk generasi yang unggul. Untuk itu aku harus mengenal pasanganku dengan baik. Kami tidak harus sama dalam semua hal. Setidaknya, aku harus mengetahui bagaimana sifatnya dan prilakunya pada orang tua. Karena dua hal ini akan sangat berpengaruh pada pola asuh anak nanti.

Pembicaraan hangat itu ditutup dengan rezeki luar biasa yang sangat aku butuhkan : SEKOLAH MENJADI ORANG TUA. Aku diberikan tiket gratis untuk mengikuti seminar parenting di Yayasan Kita dan Buah Hati bulan Februari nanti, yang mana salah satu pembicaranya adalah Bu Elly Risma. Segala puji dan syukur pada Allah yang memberikan nikmat setiap saat, tak terduga dan sesuai dengan kebutuhan kita.

Fiuh. Aku lega. Aku harus banyak belajar untuk menjadi istri dan ibu yang baik dengan membaca, memperhatikan teman dan saudara yang sudah menikah, serta mengikuti seminar pernikahan dan parenting. Saat menikah nanti, aku akan belajar sambil praktek. Nampaknya akan lebih seru.

Sekarang, saatnya aku untuk duduk kalem sambil melakukan hal-hal penting dan disukai. Menyiapkan keluarga yang bahagia dan cerdas itu dimulai dari diri sendiri. Yuk kita sama-sama menciptakan peluang agar bala bantuan yang baik selalu menghampiri kita.

Semangat!

 

You might also enjoy:

9 Comments

  1. Hahahaha calpas. Pas baca judulnya aku mikir ini apaan yang ditulis Ijaah. Tahunya calon pasangan. Setuju banget Jah, boleh poligami sampai 4 juga, asal aku bukan salah satunya. Hihihi diplomatis banget bahasanya. Bilang aja kagak mau dipoligami 😀 sebenarnya aku oke-oke ajak sih poligami, selama ada alasan kuat yang memang (di saat seperti itu) poligami jadi satu-satunya jalan keluar. Intinya poligami itu jadi emergency exit-lah.

  2. Rada-rada mirip oplas yaaaa :v

    Mmm kalau aku sih belum bisa menjamin kadar keikhlasan aku saat dimadu *uhuk* akan berpengaruh juga ke anak-anak. Jadi, saat ini aku bisa bilang : gak mau dipoligami hehehe

Leave A Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *