Tamu-tamu kami yang terhormat. Baru saja kami mendapatkan pemberitahuan dari pihak otoritas Bandara Internasional Lombok bahwa pembersihan landasan pacu dari abu vulkanik anak Rinjani masih berlangsung, dan diprediksi akan berlangsung hingga Rabu, 11 November 2015.

Aku terkesiap. Kabar itu datang pada tanggal 9 November, sehari sebelum keberangkatanku ke Lombok. Mas Teguh, selaku panitia Travel Writers Gathering 2015, memberitahuku untuk segera mengubah jadwal penerbangan PP. Urusan itu mudah saja bagiku. Yang memberatkan adalah cuti yang sudah terlanjur kuajukan. Dapatkah aku mengubahnya?

Zahra, Rinjani kan sedang ‘meradang’, kamu tetap pergi ke Lombok?”

Aku mengangguk mantap. Sebenarnya pertanyaan tersebut sempat terlintas dalam benakku. Dengan segera kutanyakan perihal itu pada Mas Teguh. Ia mengatakan bahwa Lombok aman, Lombok baik-baik saja.

Dengan segala perjuangan, perubahan izin cuti telah kugenggam dengan erat. Travel Writers Gathering, aku kembali padamu! đŸ™‚

Travel Writers Gathering 2015

Pesawat mendarat dengan mulus di landasan pacu BIL Praya. Ini adalah hari pertama pembukaan bandara setelah ditutup karena pembersihan landasan pacu. Kondisi bandara normal seperti biasa, sama saja seperti kunjunganku sebelumya. Debu vulkanik? Aku tak menghirupnya sama sekali. Belakangan baru kutahu bahwa debu vulkanik Barujari melaju ke arah barat.

Mas Teguh menjemputku sore itu. Ia dan empat peserta TW Gathering lainnya telah menungguku sejak siang. Mereka adalah Indri Juwono, Adie Riyanto, Yusuf Nugraha dan Lutfi Retno Wahyudyanti. Sejak menyapa mereka untuk pertama kali, aku sudah tahu bahwa perjalananku di Lombok kali ini akan sangat menyenangkan. Hey, mereka orangnya seru-seru!

Ada peserta yang sudah ada di hotel, namanya Subhan. Nanti malam Pungky dan Maisya baru sampai di Lombok. Sedang Ikhsan besok subuh. Dian dari Batam sepertinya akan menyusul acara jalan-jalan besok, karena pesawatnya besok pagi dari Batam dan masih harus transit di Surabaya.

Tunggu… Pungky? Maisya?

Pungky Prayitno? Maisya Farhati?

Mas Teguh mengiyakan pertanyaan retorik-ku. Dengan segera senyumku melengkung sempurna. Dua blogger yang blog-nya sering kubaca itu, akan berada satu perjalanan denganku. Sempurna sudah hari itu menjadi hari yang sangat menyenangkan. Aku bertemu dan belajar dari orang-orang yang hebat. Asyik!

Peserta Travel Writers Gathering 2015. Sumber : adventurose [dot] com
Selama perjalanan aku mendapat banyak sekali ilmu. Ilmu tentang dunia blogging, mengupayakan ketekunan, selalu yakin dan taat pada Gusti dan berbudi baik pada sesama. Pertemuan dengan mereka semakin menyadarkanku bahwa nilai sebuah kesuksesan ditempuh dengan jalan yang tak mudah. Ada upaya-upaya teknis maupun spiritual yang membawa si empunya mendapat kesempatan untuk mengembangkan diri lebih luas.
Aku belajar banyak tentang ketekunan dari Indri Juwono. Padanya aku bercerita bahwa aku masih saja mengandalkan mood saat menulis. Ia lalu menceritakan tentang kisah travel blogger lain yang rela meninggalkan waktu istirahatnya untuk menulis, rela bangun pagi buta untuk bercerita di dunia maya. Ia sendiri merupakan seorang arsitek sekaligus travel writer. Bisa dibayangkan betapa sibuknya hari-hari yang ia lalui, tapi tak mau kalah dengan keadaan. Tulisan-tulisan di blog pribadinya sungguh berbobot, kaya akan diksi. Sungguh terlihat bahwa ia bukanlah seorang penulis asal-asalan. Ada hati, keyakinan, juga ketekunan dalam rasa tulisannya.

Dian Radiata a.k.a Dee An. Aku pertama kali mengenalnya dari buku antologi Love Journey. Setelah mulai aktif di dunia blogging, aku diberi kesempatan untuk mengenalnya lebih dekat. Sudah lama berinteraksi di dunia maya, akhirnya aku bertemu dengannya di Travel Writers Gathering. Senang bukan kepalang tentu saja. Ia juga aktif menulis di media, di sela-sela profesinya sebagai seorang insinyur dan seorang ibu. Luar biasa!

Lutfi Retno Wahyudyanti. Cerdas, itulah kesan pertamaku padanya. Saat berbincang, aku dikejutkan dengan kisah perjalanannya di berbagai penjuru Nusantara. Ia juga merupakan seorang film dokumenter dan pernah menjadi finalis Eagle Award. Apa lagi yang bisa kugambarkan selain bahagia karena dipertemukan dengan wanita cerdas seperti dirinya?

Maisya Farhati. Ah, rasanya senang sekali bisa dipertemukan dengan ia yang tulisannya seringkali kubaca. Aku terkagum-kagum pada perjalanannya di Benua Biru, Korea Utara, Asia Tenggara dan lainnya. Kisah cintanya pun sangat menarik. Tak ada rasa bosan untuk membaca tulisannya karena dikemas dengan sangat menarik. Pada awal berkenalan, sosok perempuan ini terlihat sangat pendiam. Tapi lama-lama aku mengerti bahwa diamnya hanyalah di permukaan. Aslinya? Ketemu sendiri saja ya! đŸ˜€

Pungky Prayitno. Bagi para blogger yang tergabung dalam Komuntas Emak Blogger, pasti mengenal nama Pungky a.k.a Pevita. Sederet prestasi di dunia blogging sudah banyak diraih oleh ibu satu anak ini. Tulisannya seringkali membuatku terbahak, namun ajaibnya menyimpan makna yang begitu dalam. Hal yang paling kuingat dari Pungky adalah keyakinannya yang sangat kuat pada Gusti dan impiannya. Sehingga pada saat berbincang dengannya maupun membaca tulisannya, – disela canda tentu saja- selalu terselip kalimat pengingat untuk selalu bersyukur dan yakin pada Gusti. Tiada yang lain.

Adie Riyanto. Lelaki yang kami juluki Aurel ini memiliki kemampuan menulis yang sangat baik. Tulisannya kaya diksi dan memiliki rima. Aku harus membuka aplikasi KBBI beberapa kali pada saat membaca tulisannya. Lelaki lulusan STAN ini banyak sekali membaca buku. Itulah yang membuat tulisannya sangat kaya. Di luar kemampuan menulisnya yang baik, lelaki ini memilik kadar narsis yang luar biasa. Hal ini acapkali membuatku meringis sekaligus tertawa. Bolehlah kalian melihat koleksi foto dalam akun instagramnya. Pesan saya, jangan kaget ya! đŸ˜€

Yusuf Nugraha a.k.a Iqbal. Lelaki berbadan kekar ini rupanya menyimpan sejuta canda. Satu saja kata atau bahkan gumam yang keluar dari mulutnya, bisa menimbulkan tawa. Meski sangat jenaka, blog maupun akun instagramnya dikemas dengan serius dan berbahasa Inggris. Ia pun merupakan blogger yang paling getol membuat video perjalanan. Kalian bisa melihat video hasil karyanya dalam postingan ini.

Subhan Azharullah. Tidak begitu banyak waktu yang kami habiskan bersama Subhan, sebab ia harus kembali ke Sumbawa di tengah-tengah perjalanan TW Gathering 2015. Meski begitu aku tahu bahwa ia merupakan blogger yang aktif dan pernah mengikuti Newmont Bootcamp. Ada kemiripan antara Subhan dan aku yakni sama-sama pecinta makanan pedas. Maka kuliner Lombok merupakan sumber kebahagiaan bagi kami. Enak dan sangat pedas!

Ikhsan Anugrah a.k.a Aliando merupakan peserta terimut dalam perjalanan kali ini. Dede Ikhsan adalah putera Sumbawa, sama seperti Subhan. Parasnya yang kiyut membuat hasil foto perjalanan menjadi lebih segar. Aku paling suka melihat koleksi foto dede Ikhsan di akun instagramnya. Ia seringkali mengunggah foto dengan kualitas yang baik tentang keindahan alam Sumbawa.

Karakter yang berbeda membawa pelangi kebahagiaan dalam perjalanan ini. Hal yang membuat kami bersama adalah kesukaan kami pada menulis dan membaca. Saling berbincang, bertukar ilmu dan memberi masukan buku apa saja yang harus dibaca. Semua hal yang kami bicarakan membawa kebahagiaan dan ilmu. Benar adanya bahwa persahabatan itu sangatlah berharga.

Sumber : tindaktandukarsitek [dot] com

Mas Teguh, katanya TW Gathering kali ini mengundang media ya. Dari media mana saja?

Ada dari Kompas. Tapi karena perubahan jadwal yang disebabkan aktivitas vulkanik Barujari, mereka tidak bisa ikut.

Sangat disayangkan. Jika saja pihak media tetap hadir dalam TW Gathering ini, aku akan menjadi seorang penanya yang cerewet. Meski tidak bertemu dengan pihak media, Tuhan memberikan kejutan lain padaku yakni bertemu dengan blogger-blogger yang aduhai hebat nian!

Travel Writers Gathering 2015 membawa para peserta menjelajahi potensi wisata Lombok yang belum banyak dikunjungi wisatawan. Kami diperkenalkan pada keindahan gili-gili di Tanjung Luar, desa adat dan kuliner khas Sembalun, trekking ke Pergasingan, belajar sejarah peninggalan Bali di Lombok serta menjelajahi keindahan Gili Kenawa dan Paserang di Sumbawa. Sebuah perjalanan yang semakin meyakinkan bahwa Lombok Sumbawa sangatlah indah.

Ada satu kalimat yang kupegang teguh yakni belajar adalah di manapun. Bagiku TW Gathering adalah tempat untuk belajar, sarana bagiku untuk bertemu dengan sesama blogger yang memiliki minat yang sama, wadah bagiku untuk menyerap semua informasi baik, juga tahap bagiku menuju gemilang.
Ini adalah kisah keduaku bersama Travel Writers Gathering. Sebuah wadah yang membawaku pada jaringan pertemanan yang lebih luas.
 
Matur tampiasih!
 
***
Tulisan ini merupakan catatan perjalanan Travel Writers Gathering 2015 bersama Badan Promosi Pariwisata Daerah Nusa Tenggara Barat. Tulisan lain terdapat dalam tags ‘TW Gathering 2015’.

You might also enjoy:

4 Comments

Leave A Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *