Sejak terbukanya perbatasan Jepang 11 Oktober 2022 lalu, banyak wisatawan yang berbondong-bondong masuk ke negara yang dipimpin oleh Fumio Kishida ini. Setelah dua tahun lebih mengetatkan aturan wisata karena COVID-19, pembebasan ini menjadi angin segar bagi pemulihan wisata dan ekonomi Jepang yang sempat ambruk. Kesempatan ini pun dimanfaatkan banyak warga negara asing yang tinggal di Jepang untuk mengundang keluarganya, termasuk saya.
Oleh karena tengah mengandung anak ketiga yang insyaallah akan lahir pada bulan Desember 2022, saya berniat mengundang ibu ke Jepang untuk menemani anak-anak ketika saya melahirkan. Perlu diketahui bahwa ibu melahirkan di Jepang wajib rawat inap selama 4-5 hari untuk persalinan normal, dan 9-10 hari untuk SC. Maka, kehadiran ibu adalah oase bagi kesulitan yang akan kami hadapi nanti.
Sebenarnya, sebelum ada rencana pelonggaran perbatasan, saya dan suami sudah menyiapkan rencana untuk menghadapi kelahiran anak ketiga tanpa ada bantuan keluarga. Kami belajar dari senior kami yang ada di sini tentang bagaimana menitipkan anak-anak ketika saya dirawat, pengajuan libur suami, memanfaatkan bantuan pemerintah, dan lainnya. Namun syukur alhamdulillah, ketika akhirnya Jepang membuka kembali pintunya untuk wisatawan asing, kami segera mengurus tiket dan visa ibu untuk terbang ke Jepang.
Hanya saja, untuk membawa ibu ke Jepang itu bukan perkara mudah.
Pertama, ini akan menjadi penerbangan internasional ibu SENDIRI dengan TRANSIT.
Kedua, kendala BAHASA.
Ketiga, adaptasi DINGIN di Jepang yang akan memasuki aki (musim gugur) dan fuyu (musim dingin).
Keempat, mengedukasi ibu tentang REGULASI MASUK ke Jepang pasca pandemi.
Namun ternyata, semua hal yang saya khawatirkan tersebut tidak terjadi. Perjalanan ibu begitu lancar, tidak ada hambatan sama sekali, termasuk bahasa. Oleh karena itu, tulisan ini hadir. Teman-teman akan mendapatkan informasi dari mulai pengurusan visa, assistance service for elderly, hingga panduan tentang Visit Japan Web. Semoga artikel sederhana ini bisa membantu teman-teman yang akan mengundang orang tua atau keluarga ke Jepang, ya.
1. Booking Tiket dan Mengurus VISA
Ada banyak cara untuk memesan tiket pesawat. Saya pribadi selalu memilih Traveloka karena sudah terbiasa menggunakannya. Rasanya cukup kaget ketika melihat harga tiket pesawat ke Jepang saat itu, apalagi penerbangan direct. Oleh karena itu, akhirnya saya memilih penerbangan transit karena harganya lebih masuk akal. Pilihan akhir saya jatuh ke Singapore Airlines dengan harga tiket PP sekitar 9,5 juta rupiah.
Setelah booking tiket pesawat, saya langsung menghubungi agen untuk pengurusan visa. Mengapa harus menggunakan agen dan tidak mengurus sendiri seperti yang pernah saya lakukan sebelumnya? Sebab pengurusan oleh agen lebih memungkinkan bagi ibu saya yang tinggal di Bandung, supaya tidak bolak-balik ke Jakarta yang tentu akan menguras kantong, waktu, dan tenaga.
| Baca artikel sebelumnya: Cara Pengajuan Visa Kunjungan Keluarga ke Kedutaan Besar di Jakarta
Oleh karena itu, saya memilih HIS Travel untuk mengurus visa kunjungan keluarga untuk ibu. Ini kali ketiga saya mengurus visa melalui HIS, jadi sudah merasa nyaman dengan pelayanannya yang baik dan cepat. Bedanya, pengurusan visa kali ini tidak bisa melalui agen HIS di Bandung. Sejak pandemi, HIS hanya memiliki satu kantor saja di Jakarta. Semoga saja dengan berkembangnya pariwisata dunia pasca pandemi, HIS mampu berkembang lagi dan cabangnya hadir di berbagai kota di Indonesia.
| Baca artikel sebelumnya: Pengajuan Visa Kunjungan Keluarga dengan Menggunakan Travel Agent
Cara mengajukan visa melalui HIS bagi yang tinggal di luar Jakarta sangatlah mudah. Teman-teman bisa berkunjung ke https://www.his-travel.co.id/ atau langsung menghubungi admin-nya melalui Whatsapp di +62 812-1000-4604. Dalam ruang obrolan tersebut, admin akan memberi tahu dokumen apa saja yang harus dilengkapi untuk pengajuan visa keluarga ke Jepang.
Setelah lengkap, seluruh dokumen dikirim melalui TIKI Express ke HIS Jakarta. Proses pengurusan visa membutuhkan waktu sekitar 9 hari kerja. Harga pengurusan visa keluarga di HIS sekitar 1,2 juta rupiah dan ada additional fee sekitar 600 ribu untuk prime service agar pengajuan visa lebih cepat. Setelah visa selesai, paspor dikirimkan kembali oleh HIS ke alamat ibu. Jadi, kami harus membayar lagi biaya ongkir plus asuransi dokumen (paspor).
Setelah visa aman, langkah selanjutnya yang harus dipersiapkan adalah hal teknis masuk ke Jepang pasca pendemi dan mental ibu. Di tahap ini, banyak wisatawan yang luput mempersiapkan, sehingga kebingungan ketika sudah sampai di bandara Haneda. Setidaknya itulah yang pernah terjadi pada ibu teman saya, dan wisatawan lain yang tertahan di bandara karena tidak tahu prosedur baru masuk Jepang.
2. Isi dan Persiapkan Dokumen Untuk Visit Japan Web
Banyak wisatawan yang sudah tahu tentang pentingnya aplikasi Peduli Lindungi ketika check in di bandara yang ada di Indonesia untuk pergi ke luar negeri. Hanya saja, tahukah teman-teman bahwa itu saja tidak cukup?
Peduli Lindungi hanya berlaku di kawasan Indonesia. Sedangkan di Jepang, ada website lain yang harus diisi sebagai bukti bahwa kita memang sudah melakukan vaksin COVID-19. Untuk masuk ke Jepang, nama website-nya adalah Visit Japan Web. Sebelum ini, nama aplikasi yang digunakan oleh otoritas bandara di Jepang adalah MySOS. Namun sejak 14 November 2022, aplikasi tersebut digantikan oleh Visit Japan Web.
Bisa dikatakan, Visit Japan Web adalah all-in-one online service untuk prosedur masuk Jepang. Di dalamnya ada 3 tahapan yang harus kita isi, yakni service for Quarantine, Immigration, dan Customs procedures. Maka untuk mempermulus proses masuk ke Jepang, teman-teman bisa mengisi Visit Japan Web sebelum boarding ke Jepang. Bisa dipersiapkan beberapa hari sebelum penerbangan, atau di hari penerbangan. Saran saya, jangan sampai baru mengisi Visit Japan Web ketika tiba di bandara di Jepang seperti Haneda, Narita, atau Kansai. Nanti kalian akan tertahan dan kebingungan. Proses imigrasi dan custom jadi terhambat, yang berimbas pada molor-nya waktu kedatangan di Jepang hanya karena tidak mengisi Visit Japan Web.
Untuk mengakses Visit Japan Web, caranya sangatlah mudah. Cukup dengan membuka https://vjw-lp.digital.go.jp/en/ lalu registrasi diri dan isi semua kelengkapan data dari mulai unggah sertifikat vaksin, hingga mengisi pertanyaan untuk imigrasi dan custom.
Di step 0, teman-teman perlu membuat akun di Visit Japan Web.
Di step 1, isi data diri seperti nama, asal negara, dan lainnya.
Di step 2, registrasikan jadwal kedatangan, seperti tanggal berapa rencana landing, menggunakan pesawat apa, nomor kursi (jika belum ada bisa diabaikan dulu seperti ibu saya), dan lainnya.
Di step 3 (ini yang paling penting), registrasikan semua informasi yang dibutuhkan untuk masuk Jepang, seperti upload sertifikat vaksin di bagian quarantine (unggah sertifikat vaksin), mengisi formulir online imigrasi, juga formulir custom. Nantinya akan muncul 3 barcode yang perlu ditunjukkan ketika sudah tiba di bandara yang ada di Jepang.
Untuk quarantine, kita bisa mengunggah sertifikat vaksin sejak jauh-jauh hari. Namun untuk imigrasi dan custom, ada baiknya diisi ketika mendekati penerbangan. Pada kasus ibu, hanya barcode untuk quarantine saja yang berhasil di-scan di bandara Haneda. Sedangkan untuk imigrasi, barcode-nya ternyata sudah tidak berlaku. Usut punya usut, barcode imigrasi itu ternyata ada jangka waktunya. Alhasil, ibu mengisi manual formulir imigrasi (dengan tulisan tangan) di bandara Haneda.
Untuk custom (ini yang unik), ibu sama sekali tidak menunjukkan barcode. Petugas bandara hanya bertanya asal negara ibu. Ketika dijawab Indonesia, ibu langsung dipersilakan masuk. Apakah ini termasuk kemudahan karena ibu menggunakan jasa assistance service for elderly? Saya tak tahu. Yang pasti, syukur alhamdulillah ibu bisa sampai ke Haneda dengan lancar tanpa hambatan berarti.
3. Meminta Assistance Service for Eldery ketika check-in di bandara Soekarno-Hatta
Ketika melakukan check-in di bandara Soetta, ibu meminta pelayanan khusus bernama assistance service for elderly atau jasa prioritas karena ini adalah penerbangan internasional sendiri. Jasa ini merupakan bagian dari pelayanan bandara dan juga maskapai penerbangan tanpa dipungut biaya tambahan.
Di Indonesia, pelayanan khusus ini sudah diatur dalam UU No 1/2009 Pasal 134 yang tertulis: “Penyandang cacat, lanjut usia, anak-anak di bawah usia 12 (dua belas) tahun, dan/atau orang sakit berhak memperoleh pelayanan berupa perlakuan dan fasilitas khusus dari badan usaha angkutan udara niaga.”
Pelayanan khusus ini berlaku sejak check in hingga mendarat di bandara tujuan. Lansia akan ditemani oleh petugas yang akan menemani untuk mencari gate pesawat, transfer pesawat ketika transit, menjemput lansia ketika keluar dari gerbang pesawat (dengan kertas bertuliskan nama lansia tersebut), mengakses WIFI bandara, membantu menerjemahkan instruksi dengan aplikasi penerjemahan, membantu dalam pengisian formulir yang diperlukan, mengambil bagasi, hingga menemani lansia di ruang tunggu.
Alhamdulillah dengan menggunakan jasa khusus ini, ada petugas yang menemani ibu di bandara Soetta, Changi, sampai akhirnya tiba di Haneda dengan selamat dan cepat. Fasillitas ini memungkinkan lansia, disabilitas, orang sakit, atau anak di bawah umur untuk ‘menerobos’ antrian panjang imigrasi yang acapkali mengular.
4. Mempersiapkan data roaming dan aplikasi Google Translate
Sehari sebelum keberangkatan, saya meminta adik untuk membeli paket roaming Asia untuk ibu gunakan di Changi dan Haneda. Hal ini dikarenakan saya sendiri memiliki pengalaman yang tidak menyenangkan ketika akses WIFI di bandara Haneda. Saya khawatir nanti ibu akan mengalami kesulitan jika tidak ada akses internet. Setelah survei sana-sini, saya memilih paket roaming 3 hari dari IM3 seharga 100 ribu rupiah. Untuk bisa menggunakannya, pastikan setting APN-nya sudah benar, ya. Apalagi jika kamu membeli kartu baru khusus untuk paket roaming.
Setelah itu, saya dan adik melatih ibu untuk menggunakan aplikasi Google Translate dengan fitur suara dan foto. Hal ini untuk memudahkan ibu ketika berkomunikasi dengan petugas bandara atau ketika ingin tahu arti dari tulisan yang ada di kertas.
Alhamdulillah dengan mempersiapkan ini, mental ibu lebih siap. Saya pun jadi tidak begitu khawatir karena ibu merasa sangat yakin Allah akan memudahkan perjalanannya ketika beliau mempersiapkan segalanya dengan baik.
5. Mempersiapkan fisik, obat-obatan, juga asuransi
Oleh karena ibu akan tinggal di Jepang ketika musim gugur dan dingin, saya meminta ibu untuk memperbanyak langkah sebelum pergi ke Jepang. Hal ini dilakukan agar fisik ibu lebih kuat dan siap menghadapi musim dingin. Saya pun mengatur jadwal perjalanan ibu dari minggu ketiga November hingga akhir Januari, agar ibu bisa beradaptasi dulu dari kisaran suhu di bawah 20 derajat sampai nanti 0 derajat. Jika ibu kuat, rencananya saya akan menambah masa tinggal ibu hingga Februari 2023.
Selain itu, saya meminta ibu untuk berkonsultasi dulu dengan dokter dan membawa obat-obatan yang cukup selama di Jepang. Kami pun sebenarnya ada rencana untuk membeli asuransi kesehatan bagi ibu selama di Jepang, tetapi hal itu belum kami urus sampai sekarang. Jika teman-teman mau, asuransi kesehatan bagi wisatawan bisa dipesan sebelum dan sesudah di Jepang, ya.
Nah, itulah tadi 5 tips terbang sendiri bagi lansia ke Jepang. Selain itu, saya pun mengencangkan doa dan shalawat agar penerbangan ibu lancar. Semoga tips-tips di atas membantu teman-teman yang hendak mengundang orang tua atau keluarga ke Jepang, ya. Jika ada informasi tambahan, update terbaru atau pertanyaan, silakan berkomentar di ruang obrolan di bawah artikel ini 🙂
Salam hangat,
Masya Allah mba makasih yaa aku pingin jg undang mama kesini tp bingung kalau sendiri gimana. Kemaren ibu pas di changi sama haneda juga di dampingi sama petugas mba? Terus kalau case mama aku, dia ada autoimun jd ga bisa vaksin covid, kalau belum vaksin apa gampang ya buat lewatin imigrasi jepangnya?
Iya mba, alhamdulilah ditemani ketika di Changi dan Haneda. Untuk kasus ibu mba, saya kurang paham mba. Tapi di Visit Japan Web itu ada opsi pemeriksaan PCR. Mgkn bisa ditanyakan lebih lanjut ke pihak kedutaan Jepang ya mba.