Aku sedang menulis ini dengan kesadaran penuh. Bahwa di sebelah kananku, terdapat tumpukan baju yang menunggu untuk disetrika. Bahwa di depan mataku, terdapat lembaran kertas dan buku yang berserakan. Bahwa di setiap ruangan di rumah ini, berantakan!

Aku mencoba untuk tetap tenang dan bernapas sedalam-dalamnya. Apa yang sudah aku lakukan… Semua tampak berantakan. Sebegitu malaskah aku untuk merawat rumahku sendiri?

Melihat seluruh kekacauan di rumah, terselip perasaan was-was akan nasib rumah tanggaku nanti. Apakah aku bisa merawat rumah, suami dan anak-anak? Jika saat sendiri saja kacau begini, bagaimana nanti?

Tetiba saja pikiranku berkelana, menangkap momen berharga di masa lalu. Saat dimana Uwa menasihatiku supaya menjadi pribadi yang lebih baik dalam menata diri dan lingkungan.


Teh, tahu prinsip sukses orang Jepang? 5R?

Enggak tahu. Apa itu, Wa?

Ringkas Rapi Resik Rawat Rajin. Prinsip ini Jepang punya. Mereka maju karena memegang prinsip ini.

Oh gitu.

Iya. Uwa lihat di kamar itu berantakan. Banyak barang yang udah gak kepake kayaknya. Mending diberesin. Jangan kebanyakan barang yang gak kepake disimpan di rumah. Barang harus ringkas dan rumah jadi rapi.

Deg!

Ya, betul. Ada banyak sekali barang yang sudah tidak terpakai, namun aku pelihara saja seakan-akan nanti bisa terpakai. Belum lagi teknik penyimpanan barang yang tidak benar, sehingga kelihatannya tidak benar-benar rapi. Messy!

Jadi teringat kisah yang disampaikan Uni Dina dalam bukunya yang berjudul ‘Journey to Iran’. Bahwa perempuan Iran memiliki kecenderungan untuk menjaga kebersihan rumah seperti mendekati paranoid. Mereka sepertinya tidak sanggup melihat ada satu titik noda sedikitpun, bahkan noda di pegangan kulkas. Kabarnya, ada sebuah tradisi saat menjelang pergantian tahun dalam kalender Iran yang bernama khune tekuni yang berarti ‘menggoyang rumah’. Mereka membersihkan rumah mereka yang sudah ‘cling’ itu menjadi lebih bersih lagi.

Membaca kisah ini membuat kepalaku geleng-geleng. Jika saja para perempuan Iran itu berkunjung ke rumahku, barangkali mereka akan pingsan oleh sebab ketidakberdayaanku merawat rumah, termasuk untuk hal-hal yang sepele.

Ini tentang prinsip dan habit. Prinsip memegang peranan penting bagi kehidupan manusia. Tanpa prinsip, manusia seperti pejalan tanpa peta. Sedangkan habit adalah wujud dari prinsip yang melahirkan kesuksesan. Habit positif sekecil apapun yang dilakukan setiap hari akan berdampak hebat di masa depan.

Nasihat Uwa ini memang belum sepenuhnya aku jalankan dengan baik. Namun menuliskannya kembali, bagiku adalah sebuah pancingan semangat yang baik.

You might also enjoy:

Leave A Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *