Aku bergidik. Membayangkan bahwa ribuan tahun silam, tanah tempatku berpijak kini adalah sebuah dasar dari danau purba raksasa. Sebuah danau yang terbentuk karena terbendungnya Sungai Citarum Purba, akibat meletusnya Gunung Sunda yang membentuk kaldera raksasa. Sebab itulah Bandung dikelilingi gunung-gunung. Juga memiliki bentangan alam seperti mangkuk raksasa, yang seringkali disebut sebagai Cekungan Bandung.

Danau Purba membentang sepanjang +/- 30 kilometer dari Padalarang hingga Cicalengka dan menjulur sejauh +/- 50 km dari Tangkuban Perahu hingga ke Soreang. Bisa dibayangkan, betapa luasnya Danau Purba Bandung itu.

Salah satu gugusan tepi Danau Purba terletak di Padalarang, Kabupaten Bandung Barat. Di tempat ini, kita akan menjumpai pegunungan karst (kapur) di sisi kanan kiri jalan. Tampak pula aktivitas penambangan batuan kapur dengan menggunakan alat-alat berat. Pengerukan ini membuatku berpikir: Sampai kapan aktivitas pengerukan ini berjalan? Bukankah lama-lama gunung ini akan hilang? Mengapa pula gunung-gunung ini gersang? Mengapa tidak seperti lazimnya pegunungan yang penuh dengan pohon-pohon?

Jawabannya ternyata mencengangkan!

Dahulu kala, jutaan tahun yang lalu (sebelum terbentuk Danau Purba), kawasan Padalarang merupakan kawasan lautan dangkal. Pendapat lain menyebutkan bahwa dahulu, Pantura terletak disini. Maka jelas sudah mengapa tempat ini dipenuhi batuan kapur (yang ternyata berpolakan fauna purba).

Ribuan tahun silam, air laut di kawasan ini surut dan menjadi hunian bagi manusia prasejarah (manusia purba). Keberadaan artefak dan fosil-fosil biota laut (hewan laut dan terumbu karang) di kawasan Padalarang ini dapat kita temukan di Stone Garden.

Terletak di Kp. Girimulya, Desa Gunung Masigit, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat; Stone Garden menyajikan pemandangan alam yang indah dan berbeda. Hamparan bebatuan tersebar di segala penjuru dari mulai ukuran kecil hingga besar. Bebatuan ini adalah terumbu karang dan fosil-fosil karang laut purba.

Stone Garden disebut juga Pasir Pawon (Bukit Pawon dalam Bahasa Sunda). Berdiri disini membuatku merasa seperti di negara lain. Bandung punya tempat sekeren ini!

Di tempat ini, terdapat pula bekas struktur bangunan berundak yang lazim digunakan sebagai sarana ritual masyarakat zaman megalitik. Menatap dan menyentuh bebatuan purba membuatku takjub akan keajaiban alam. Bayangkan saja, aku sedang menyentuh makhluk purba berusia jutaan tahun!

Akses menuju Stone Garden sangatlah mudah. Tiba di kawasan Tagog Apu, kita akan melihat papan petunjuk menuju Stone Garden. Jika dari arah Bandung, Stone Garden terletak di sebelah kanan jalan.

Ada 2 jalur menuju Stone Garden, yaitu: Jalur pertama melalui Gua Pawon. Pengunjung harus mendaki bukit untuk menuju Stone Garden selama kurang lebih 30 menit. Jalur kedua melalui Gunung Masigit (patokan : Masjid Al-Ikhlas). Jalur ini adalah jalur terdekat menuju Stone Garden. Jarak dari jalan raya menuju Stone Garden hanya 500 meter dan dapat ditempuh selama 5 menit. Hanya saja jalan menuju objek tampak rusak dan licin karena merupakan jalur mobil keruk.

Biaya masuk ke kawasan konservasi arkeologi ini cukup murah yakni Rp. 4000,- (sudah termasuk asuransi kecelakaan AJB Bumiputera). Kawasan ini juga seringkali dijadikan tempat untuk foto prewedding karena memiliki daya tarik yang berbeda. Biaya yang dikenakan untuk prewed sebesar Rp. 200.000,-

Menikmati keajaiban alam di kawasan ini membuatku takjub. Aku berdiri di atas terumbu karang, yang jutaan tahun lalu berada di dasar lautan. Aku menatap Bandung dari ketinggian, yang dahulu kala adalah kaldera yang kemudian menjadi Danau Purba. Ah, kalau begitu masyarakat Bandung tinggal di kawah raksasa!

Alam selalu memberi kejutan. Apakah nanti Danau Kelimutu memiliki kisah serupa Danau Purba Bandung? Siapa tahu. Tak ada yang tahu.

Maka siapapun yang sedang berada di Bandung, datanglah ke Stone Garden. Nikmatilah sajian dan keajaiban alam di tempat ini. Jangan lupa untuk mengabadikan kisah dengan kamera kesayanganmu. Karena tempat ini menyajikan penorama alam yang indah : Terumbu karang di atas bukit.

You might also enjoy:

14 Comments

  1. Takjub banget, Zahra. Melihat foto-foto karangnya aja rasanya gimana, gitu. Ditambah lagi cerita asal muasalnya dari Zahra. Wuih... bumi tempat kita berpijak sungguh ajaib, yah. ira

  2. teh, katanya, katanya nih ya.. barang2 purba itu jangan di sentuh dengan tangan kosong, zat asam di tangan manusia mempercepat kerusakan pada barang atau benda tersebut. katanya temen yang meneliti salah satu makam kuno di aceh 😀

Leave A Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *