“Buibu, sebenernya sampah organik itu gak melulu bisa dikompos, tapi kita bisa juga mengubahnya jadi pembersih rumah. Termasuk si minyak jelantah, doi bisa dibuat jadi sabun lho…”
 
 
Wait, whaaat?!
***
Syok dan tercengang. Bayangkan saja, semua yang semula kita fikir adalah sampah sebetulnya bisa kita kelola menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat dan aman. Tak hanya itu, semua hal yang tadinya kita fikir bisa membersihkan, ternyata bisa merusak lingkungan dan diri kita. Oleh karena itu guys, persiapkanlah diri kalian saat membaca tulisan ini karena semua isinya mencengangkan!
Tulisan ini dinukil dari kulwap KIMI bersama mba Mae, seorang penggiat lingkungan dan healthy food consumption. Semua yang tertulis di sini sebenarnya merupakan cerminan dari rethink the norm yang menjadi prinsip Zero Waste. Jadi intinya, pikirkan lagi setiap benda yang akan kita buang, apakah masih bisa dipakai atau dikreasikan menjadi bentuk lain atau tidak. Dan ya, Natural Home Cleaner (NHC) ini jadi jawaban atas tantangan tersebut.
Sejak menerapkan pola hidup sehat, Mae merasa masih ada sesuatu yang belum pas dalam hidupnya. Ia merasa sudah makan sehat, membuat kompos dan menanam tanaman sendiri. Lantas apa yang kurang? Sampai akhirnya pada suatu hari ia membaca sebuah artikel yang mengejutkan, bahwa ternyata pembersih rumah tangga kimia memberi sumbangsih besar bagi penyakit dan pencemaran lingkungan.
Apakah kalian pernah mendengar orang yang terkena pernyakit berbahaya meski ia menjaga betul makanan dan pola hidupnya? Nah, bisa jadi penyakit tersebut muncul akibat paparan bahan kimia dari pembersih rumah tangga yang digunakannya. Sungguh mengesalkan bukan, sudah mahal tapi berdampak buruk bagi penghuni rumah.
Artikel yang berjudul ‘A surprising new source of air pollution as bad as cars : Personal and Household Products’ tersebut menjelaskan tentang dampak kerusakan lingkungan seperti kematian ikan dan polusi sungai akibat penggunaan deterjen dan VOC (phosphorus, nitrogen, ammonia). Juga dampak pada manusia karena menghirup racun dari zat kimia tersebut.
Memang kita tak dapat memungkiri bahwa penggunaan pembersih modern sangat praktis, mudah didapat, harum dan diyakini dapat membersihkan kuman dengan totalitas. Tapi kerugian yang ditimbulkan tak kalah hebat karena mengandung zat berbahaya bagi lingkungan dan makhluk hidup.
Selain itu, pengelolaan sampah organik yang tidak baik dapat menimbulkan efek negatif yang tak kalah hebat. Bayangkan, sampah makanan yang terhimpun di penampungan sampah akan menghasilkan gas metan yang kekuatannya 23 kali lebih kuat dari karbondioksida dalam menyumbang pembentukan emisi gas rumah kaca.
Jika dilihat dari dua permasalahan di atas, sebenarnya kita bisa memotong rantai metan tersebut dengan membuat pembersih rumah tangga dari limbah makanan. Sounds crazy, right?
Nah siap-siap saja, karena di bawah ini adalah life hacks yang biasa Mae lakukan untuk membuat pembersih rumah tangga dari sampah organik. Apa sajakah itu?
 
1. Pembersih semprot serbaguna dari kulit jeruk
 
Pembersih kompor, kaca, perabotan adalah komponen paling karsinogenik. Tapi tahukah kalian bahwa sebenarnya kita bisa membuatnya dari jeruk dan cuka? Caranya adalah dengan menumbuk biji jeruk sampai hancur, lalu satukan dengan kulit jeruk dalam kontainer kaca. Tambahkan cuka sampai semua bahan terendam dan diamkan selama sebulan.
Jangan kepo adalah penting supaya cairan terproses dengan sempurna. Setelah sebulan, kita mulai bisa menggunakan cairan tersebut. Caranya : masukan cairan tersebut ke dalam botol semprot lalu campurkan air dengan perbandingan 1:1. Supaya tidak bau kecut, kita bisa menambahkan essential oil (EO) seperti lavender atau citronella.
Cairan pembersih serbaguna alami ini bisa digunakan untuk 2 bulan. Semua perabot, alat dapur dan kaca (termasuk kaca mobil) jadi bersih seketika.
2. Pembersih piring dan baju dari lerak
 
Sumber di sini
Lerak umumnya dikenal untuk mencuci batik. Namun ternyata, kegunaannya bisa untuk mencuci baju dan piring. Bahkan menurut Zero Waste Nusantara, lerak bisa digunakan juga untuk keramas, mandi dan mengepel lantai.
‘Adonan’ yang biasa Mae buat untuk mencuci baju adalah 5 butir lerak dan 1 liter air. Caranya adalah panaskan lerak dengan air hingga menyerupai air teh, dinginkan dan blender sampai berbusa. Cairan lalu disaring dan dimasukkan ke dalam botol. Adonan ini bisa untuk 3 kali mencuci jika rata-rata mencuci adalah 3 kg sehari. Untuk mencuci piring, cairan sari tadi bisa ditambahkan air lagi, lebih baik jika dikombinasikan dengan abu gosok. Sedang biji lerak hasil saringan tadi bisa dikomposkan.
Lerak bisa didapatkan di toko daring @thewisdomshop atau Ecocamp Bandung. Untuk yang tinggal di Jogja dan Solo, lerak lebih mudah didapatkan.

3. Pencuci serbaguna dari fermentasi kulit buah (MOL)


Sering membuat jus atau makan buah di rumah? Nah, kulitnya jangan langsung dibuang karena kita bisa mengolah kulit buah tersebut menjadi MOL (mikro organisme lokal) alias Fermented Fruit Juice Organism sebagai pencuci serbaguna.

Bahan dan alat yang dibutuhkan adalah :

  • 3 kg kulit buah (kecuali durian karena nanti meledak)
  • 1 kg gula merah kelapa
  • 10 liter air
  • Ember ukuran 20 liter

Cara membuatnya : Masukkan kulit buah, gula merah dan 10 liter air ke dalam ember, tutup dan biarkan selama 1bulan. Jangan kepo (ini kuncinya) meski kadang ada bau asing. Ember harus ditutup rapat sekali dengan lakban, lebih maksimal lagi jika ditimpa dengan sesuatu yang berat semisal batu bata. Setelah sebulan, saring cairan tersebut karena yang dipakai sebagai pembersih adalah airnya (cairan sudah tidak bau lagi). Jumlah cairan yang dihasilkan adalah sekitar satu jerigen, sedang ampasnya bisa kita komposkan atau dikubur.

Selanjutnya, MOL ini bisa kita gunakan untuk mengepel lantai dengan cara mencampurkan 3 tutup botol MOL dengan 1 tutup botol karbol sereh. MOL ini ramah lingkungan jika dibandingkan dengan penggunakan pembersih kimiawi yang justru membasmi bakteri baik di lingkungan kita.

MOL juga bisa digunakan utuk meningkatkan kualitas tanaman seperti meningkatkan daya tahan dan rasa manis pada buah. Atau juga sebagai dekomposter pada proses pembuatan pupuk kompos. Multiguna!

Note : Karbol sereh bisa kita dapatkan di supermarket atau membuat DIY-nya dengan cara mencampurkan soda api dengan air dan minyak sereh.

4. Sabun cuci piring dan baju dari minyak jelantah

Sabun dari minyak jelantah?
Jujur saja, rata-rata perlakuan minyak jelantah di setiap rumah tangga itu ada dua. Jika tidak dibuang, maka digunakan lagi untuk menggoreng. Padahal menggoreng dengan minyak jelantah sangatlah berbahaya, apalagi jika warna minyak sudah pekat sekali. Nah selain dua cara itu, sebenarnya kita bisa mengolahnya menjadi sesuatu yang bernilai guna tinggi. Maka dari semua life hacks yang Mae berikan, minyak jelantah ini yang paling mencengangkan!
Bahan dan alat :
  • Minyak jelantah 1 liter
  • 8 butir norit
  • 400 ml air
  • 120 gram caustic soda
  • Kain saring
  • Wadah

Cara membuatnya :

  • Saring minyak jelantah dengan kain saring hingga tidak ada remah-remahnya. Lalu masukkan 8 butir norit untuk menyerap racun dan biarkan selama 24 jam. Setelah itu, saring kembali hingga tidak ada sisa norit di dalam minyak.
  • Di tempat terpisah, masukkan 120 gram caustic soda ke dalam wadah berisi air. Lalu hancurkan dengan handblender hingga tercampur selama 15 menit. Tuang minyak jelantah, aduk perlahan dan diamkan selama 1 bulan. Simpan campuran tersebut dalam suhu ruang di tempat yang jauh dari jangkauan anak-anak dan sinar matahari. Setelah satu bulan, kita bisa menggunakan sabun ini dengan cara dikerik.
  • Karena sabunnya berbentuk padat, kita dapat membuatnya menjadi liquid dengan cara mencampurkan segenggam sabun yang sudah dikerik dengan 400 ml air. Untuk membuatnya menjadi wangi, kita bisa menambahkan EO saat mencairkannya. Deterjen cair siap digunakan!
Note :

  • Semakin pekat minyak jelantah, norit yang diberikan pun semakin banyak.
  • Fungsi caustic soda adalah untuk membuat reaksi penyabunan dengan minyak. Meski masih tergolong bahan kimia, caustic soda ini bebas dari phtalate (penyebab asma), formaldehyd (penyebab kanker), 1-4 dioksan (penyebab kanker), ,  (penyebab kerusakan ginjal) dan amonium quarter (penyebab kerusakan paru-paru).
Lalu, apakah NHC ini mampu menghilangkan noda membandel pada kain?

Untuk menghilangkan noda yang sulit dihilangkan dengan lerak atau sabun dari minyak jelantah, kita perlu menambahkan bala bantuan lain seperti cuka atau less chemical cleaners (citric acid, garam krosok dan baking soda) pada pembersih alami yang telah dibuat.

Sebagai tips tambahan, Mae menyarankan kita untuk menyiapkan beberapa tempat sampah (wadah) khusus supaya pemisahan limbah dilakukan sejak awal, sehingga proses pembuatan pembersih alami lebih mudah diterapkan.

Selain ramah di kantong dan lingkungan, NHC ini membantu kita untuk menerapkan prinsip Zero Waste dengan lebih holistik. Limbah makanan yang tidak sepenuhnya dikomposkan, bisa kita olah menjadi pembersih alami di rumah. Jadi, tidak ada sama sekali limbah makanan yang terbuang (siklus closed-loop).

Bagaimana, tertarik untuk mencoba keempat life hacks tadi?

Coba yuk, guys!

***
Source                             : Kulwap KIMI @ibumudaindonesia
Photo Credit                   : Mae @thepunkvironment
 

You might also enjoy:

41 Comments

  1. wah keren banget nih tulisannya...dulu lerak dipakai oleh nenek moyang kita ya mbak...tp sayangnya byk orang yang blm bisa memanfaatkannya dengan baik, padahal lebih bersahabat kepada alam

  2. Waah aku baru tahu, minyak jelantah malah bisa jadi deterjen cair. Nanti mau dicobain ah, lumayan kan jadi enggak kebuang hehe. Makasih infonya teh. Aku catet ah.

  3. Ini pengetahuan baru buat saya. Aku save ya mba. Pengin memnafaatkan minyak jelantah. Soalnya selama main buang aja padahal masih banyak gitu. Bisa ngirit beli sabun nih.

  4. Ya ampun mba, aku jadi pengen coba. Yang jeruk kulit sama biji dan cuka wkwkwk paling simple itu kayaknya dibanding yang lain hahaha.
    Itu seriusan bisa meledak kulit durian. Duh horor

  5. Bebikinan kayak gini kalau rumah atau halamannya luas sih ok. Tapi kalo rumah sauprit dan gak punya halaman sih yang terbayang ribet. Qiqiqi... Tapi aku sungguh teri spirasi. Pengen banget daur ulang sampah.

  6. Infonya bermanfaat banget teh, pengen bisa memanfaatkan semua barang bekas, apadaya belum ada waktu karena harus kerja, aku orangnya tipe yang kotor dikit main buang-buang langsung 🙁

  7. Omg, keren banget sih ini sebenernyaa.. Trutama yg minyak jelantah tuh... Walopun skr aku ngurangin sampah jelantah dgn mengurangi makanan yg digoreng2.

    Tp aku penasaran juga mba, sebau apa saat sampah2 organik ini msh proaes fermentasi yaa.. Ga smpe mengganggu tetangga kan baunya. Rumahku kecil dan dempet ama tetangga soalnya 😀

  8. Kalau yang kulit jeruk itu aku sudah pernah dengar, tapi yang minyak jelantah baru kali ini. Itu betulan bisa ya, Mbak? Kan kalau minyak bekas goreng ikan itu agak-agak amis, jadi gimana ya? ��

Leave A Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *